Kusuma Wardhani: 70 persen kisah film 3 Srikandi sama persis, 30 persen blow up

Pemeran film 3 Srikandi, Tara Basro (kiri), Chelsea Islan (tengah), dan Bunga Citra Lestari, masing-masing memerankan Kusuma Wardhani, Lilies Handayani, dan Nurfitriyana Saiman. Foto: Istimewa

MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Kusuma Wardhani: 70 persen kisah film 3 Srikandi sama persis, 30 persen blow up. Dalam film 3 Srikandi besutan sutradara Imam Brotoseno, salah seorang atlet panah beregu putri yang berhasil menyabet medali perak di Olimpiade Seoul 1988 adalah Kusuma Wardhani.

Pemanah asal Ujungpandang (kini Makassar) ini diperankan Andi Mutiara Pertiwi Basro atau lebih dikenal sebagai Tara Basro. Suma, demikian nama panggilan Kusuma Wardhani, dalam film 3 Srikandi menghadapi berbagai tantangan saat hendak mengikuti Pelatnas persiapan Olimpiade Seoul 1988 di Jakarta.

Nurfitriyana Saiman (tengah), Lilies Handayani (kiri), dan Kusuma Wardhani, saat meraih medali perak dalam Olimpiade Seoul 1988. Foto: Istimewa
Nurfitriyana Saiman (tengah), Lilies Handayani (kiri), dan Kusuma Wardhani, saat meraih medali perak dalam Olimpiade Seoul 1988. Foto: Istimewa

Di satu sisi, ia sangat mencintai panahan, sementara di sisi lain orang tuanya menginginkan Kusuma menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Namun, ketika menghadapi dilema saat ia ternyata lulus sebagai PNS sementara sudah pasti mengikuti Pelatnas panahan, wanita hitam manis itu pun memilih keputusan terakhir untuk terbang ke Jakarta demi Olimpiade Seoul 1988.

Tetapi, dalam kisah “aslinya”, apakah demikian? Ditemui MediaWarta.com secara langsung di Cinema XXI Trans Studio Mall (TSM) Makassar, Kamis (4/8/2016), seusai menonton tayang perdana film 3 Srikandi, Kusuma dengan gamblang menjelaskan, 70 persen alur film sesuai kisah aslinya dan 30 persen di-blow up (dikembangkan) sutradara.

Kusuma Wardhani, saat ditemui MediaWarta.com secara langsung di Cinema XXI Trans Studio Mall (TSM) Makassar, Kamis (4/8/2016), seusai menonton tayang perdana film 3 Srikandi, dengan gamblang menjelaskan, 70 persen alur film sesuai kisah aslinya dan 30 persen di-blow up (dikembangkan) sutradara. Foto: Effendy Wongso
Kusuma Wardhani, saat ditemui MediaWarta.com secara langsung di Cinema XXI Trans Studio Mall (TSM) Makassar, Kamis (4/8/2016), seusai menonton tayang perdana film 3 Srikandi, dengan gamblang menjelaskan, 70 persen alur film sesuai kisah aslinya dan 30 persen di-blow up (dikembangkan) sutradara. Foto: Effendy Wongso

“Saya senang, film yang mengangkat sukses kami (bersama Nurfitriyana Saiman dan Lilies Handayani) saat meraih medali perak di Olimpiade Seoul 1988 itu memang sesuai ekspektasi saya,” terang wanita yang dalam film pernah bekerja di salah satu toko sepatu di Makassar.

Ditanyakan soal pelatihnya, Donald Pandiangan yang dalam film diperankan Reza Rahardian, Kusuma mengungkapkan sifat almarhum pelatihnya itu memang sesuai ekspektasi yang dikenal sangat keras mendidik dan melatihnya.

“Bang Pandi (Donald Pandiangan) itu sangat keras dan disiplin. Itu memang benar, sesuai dalam film ini,” ulas Kusuma yang dalam salah satu adegan film didamprat dan dikatai “bodoh” oleh Donald Pandiangan.

Terkait kisah paling berkesan dalam film, Kusuma yang nampak terharu dengan mata berkaca-kaca, membeberkan pengalaman paling bersejarah dalam hidupnya tersebut.

“Saat usai pertandingan memperebutkan medali perak melawan tim dari Amerika Serikat (AS). Waktu itu, medali emas sudah pasti diraih tim dari Korea Selatan (Korsel) yang merah poin tertinggi. Sementara, poin kami (Indonesia) sama dengan tim AS sehingga harus dipertandingkan ulang. Kisah yang paling berkesan bagi saya, saat kami berhasil mengalahkan tim AS dan berhasil meraih medali perak di Seoul,” ungkap Kusuma.

Saat ditanyakan proses blow up atau pengembangan apa yang dilakukan dalam film tersebut, kelahiran Ujungpandang, 20 Februari 1964 itu enggan mengungkapkan secara mendetail.

“Ya, namanya film tentu harus nampak sempurna, karena itulah bunga-bunga film. Tetapi, yang pasti film ini memang mirip kisah kami,” papar Kusuma.

Meskipun tak menyebut alur yang dikembangkan, namun dari peninjauan MediaWarta.com, proses itu terlihat sedikit “lebay” atau berlebihan pada saat penayangan live atau langsung pertandingan di TV nasional (TVRI). Setahu wartawan MediaWarta.com yang sempat mengikuti “masa” Olimpiade Seoul 1988 tersebut, pertandingan panahan itu sama sekali tidak ada penayangan langsung (di TV nasional) kecuali pemberitaan yang gencar dalam berita-berita olahraga di media massa seperti Harian Kompas, TVRI, dan RRI.

Kendati demikian, film 3 Srikandi yang lebih banyak mengangkat sisi patriotisme melalui olahraga ini, memang sukses mengaduk jiwa nasionalisme terhadap Merah Putih.

Effendy Wongso

Comment