Ini lah benda pusaka Kerajaan Gowa yang diperebutkan di Balla Lompoa

Tradisi mencuci benda pusaka kerajaan di Gowa, yang dinamakan Accera Kalompoang

GOWA – Salah satu ikon wisata di Kabupaten Gowa adalah Istana Balla Lompoa, yang berlokasi di Jalan KH Wahid Hasyim. Bangunan bersejarah yang kini menjadi museum itu dibangun pada masa Raja Gowa XXXV, I Mangngi-Mangngi Daeng Matutu Karaeng Bontonompo, pada tahun 1936. Setelah wafat, digantikan oleh putranya Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Laloang.

Museum Balla Lompoa Sungguminasa memiliki sekitar 140 koleksi, yang beberapa diantaranya merupakan benda kebesaran (gaukang) pada masa lampau. Beberapa waktu lalu, pihak pemerintah Kabupaten Gowa yang dipimpin Bupati Adnan Purichta IYL berselisih dengan pihak Kerajaan Gowa yang dipimpin Andi Maddusila, mengenai status kepemilikan benda pusaka tersebut.

Apa saja isi benda pusaka yang ada di dalam Balla Lompoa? Kami menghimpun informasinya untuk Anda para pembaca setia.

Salokoa atau mahkota Raja Gowa

Ini merupakan benda pusaka yang menjadi koleksi utama Museum Balla Lompoa Sungguminasa. Mahkota ini digunakan untuk menobatkan seorang Raja Gowa sejak tahun 1320 di masa Raja Gowe Ke I Tumanurung Baineya. Memiliki berat 1.768 gr dengan bentuk menyerupai kerucut bunga teratai, mempunyai lima helai kelompok daun. Selain di Museum Balla Lompoa Sungguminasa, replika mahkota ini juga bisa ditemui di Museum La Galigo di Kota Makassar.

Ponto Janga-jangaya 

Benda pusaka ini berupa sebuah gelang yang berbentuk seperti naga melingkar dan terbuat dari emas 985,5 gr. Jumlah gelang yang terdapat di museum ini adalah empat buah, gelang dengan satu kepala naga disebut Mallimpuang dan gelang berkepala naga dua disebut Tunipattoang. Keempat gelang tersebut telah ada sejak masa Raja Tumanurung.

Rante Kalompoang (Tobo Kaluku)

Rantai yang terbuat dari emas murni ini menjadi atribut bagi Raja Gowa yang berkuasa pada masa lalu. Rantai tersebut berjumlah enam, dengan berat keseluruhan 2.182 gr.

Sudanga 

Senjata sakti sebagai atribut Raja Gowa yang berkuasa, dan dipakai pada saat pelantikan raja. Senjata ini berbentuk kelewang  dengan panjang 72 cm, lebar 4 cm dan daun 9 cm. Benda ini merupakan benda bawaan Karaeng Bayo, suami Tumanurunga dan adik Lakipadada

Subang 

Benda pusaka ini berbentuk seperti anting-anting. Berjumlah empat buah, dan digunakan sebagai perlengkapan wanita dari pihak Raja, jika ada kegiatan upacara. Benda yang juga diwariskan oleh Tumanurunga ini memiliki panjang 62 cm, lebar 5 cm dan berat 287 gr. Sama halnya dengan cincin Gaukang yang juga digunakan oleh permaisuri pada saat upacara.

Tatarapang

Selanjutnya, ada juga Tatarapang, sejenis keris yang terbuat dari besi tua bersarung emas, dan dipakai pada saat upacara kerajaan. Beratnya 986,5 gr, panjang 51 cm dan lebar 13 cm. Benda kerajaan ini pemberian dari Raden Patah, Raja Demak abad ke 16 sebagai tanda persahabatan.

Lasippo (Parang Panjang)

Sebuah benda kerajaan yang terbuat dari besi tua dengan panjang 62 cm dan lebar 6 cm. Parang ini digunakan oleh raja sebagai pertanda untuk mendatangi suatu tempat yang akan dikunjungi.

Jika ponto janga-jangaya, rante kalompoang, cincin gaukang dan subang adalah benda yang diwariskan sejak Raja Gowa pertama Tumanurung, maka rante manila ini adalah sebuah kalung pemberian Kerajaan Sulu (Manila) pada abad ke XVI.

Museum Balla Lompoa juga menyajikan koleksi seperti badik (senjata tradisional Suku Makassar dan Bugis), baju bodo (pakaian adat Suku Makassar), gerabah dan porselin asing, alat musik Suku Makassar, hingga pakaian panglima perang dan bosara’ (tempat kue dalam adat Suku Makassar dan Bugis).

Comment