Kembali dari Amerika demi bangsanya, siapa sosok lokal pemain besar teknologi satu ini?

MEDIAWARTA.COM, JAKARTA– Sukan Makmuri, bukan sosok yang asing di dunia startup, melainkan merupakan sosok lokal pemain besar teknologi. Pengalamannya yang sudah melimpah di dunia startup dan IT di Silicon Valley, Amerika, membuatnya menjadi orang tepat yang digaet Martin Hartono, CEO GDP Venture, untuk turut memimpin KasKus, forum komunitas online terkemuka di Indonesia.

Pada awalnya, Sukan Makmuri, yang menyelesaikan pendidikannya sampai S2 di Stanford University dan Rice University Amerika, tidak pernah terpikirkan untuk kembali ke Indonesia. Setelah lulus dari sekolah masternya, Sukan merintis karirnya di industry startup dan IT. Ia juga sempat menjadi adjunct professor dan consultant untuk menyalurkan passion nya dalam memberikan edukasi kepada masyarakat.

Dengan didasari kecintaan pada pekerjaan dan industri yang digeluti di Amerika, Sukan tidak pernah terpikir untuk kembali ke Indonesia. Hal ini juga didorong dengan mengingat usaha Ayah dan Ibu Sukan yang dulu harus sampai menjual rumah tinggalnya untuk membiayai pendidikannya di Amerika, demi kelangsungan dan keamanan masa depan. Hal ini disebabkan oleh ketakutan sang Ayah terhadap komunisme yang sedang berlangsung di Vietnam Utara. Oleh karena itu, Sukan merasa ia harus memaksimalkan apa yang diberikan oleh orangtuanya untuk berkarya sampai sukses di Amerika.

Namun pada Juli 2012, ada hal yang bisa mengubah pikiran Sukan untuk kembali ke Indonesia. Dino Patti Djalal, Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat di tahun itu, melaksanakan Kongres Diaspora Indonesia di Los Angeles untuk menggandeng komunitas diaspora Indonesia dari seluruh dunia untuk kemajuan bangsa. Kongres tersebut dihadiri oleh para diaspora, perwakilan pemerintah Indonesia, dan perwakilan komunitas dunia usaha, termasuk Chairul Tanjung, CEO CT Corp. Sukan menyatakan bahwa Chairul Tanjung menyampaikan hal yang membuka matanya untuk kembali ke Indonesia karena berkaitan dengan peningkatan GDP dan perekonomian Indonesia yang pesat dalam beberapa tahun ke depan.

Pada Agustus 2012, Sukan kembali ke Indonesia dan bertemu dengan Martin Hartono, yang pada awalnya tidak ia kenal. Selama hampir setahun, Sukan “berkencan” dengan Martin Hartono dan  tim nya, yang membawa keputusan bahwa Sukan siap bergabung dengan KasKus. Sukan menyatakan ia tergerak untuk kembali berkarya di Indonesia dengan melihat KasKus sebagai identitas komunitas di Indonesia, dan Grup Djarum yang menaunginya adalah grup yang sangat jelas mencintai Indonesia, memiliki integritas tinggi, dan pemain penting digital di Indonesia.

Dengan pada awalnya bergabung menjadi COO KasKus di September 2013, Sukan diangkat menjadi CEO di Desember 2013, sedangkan Ken Dean Lawadinata menjadi Komisaris.  Selama di KasKus, Sukan menyebarkan best practices dari Silicon Valley dan membawa KasKus ke tingkat berikutnya. Namun, pada akhir tahun 2014, Sukan harus kembali ke Amerika karena ada urusan pribadi yang harus diselesaikan. Dengan berat hati, Sukan berpamitan dengan Martin Hartono dan tim KasKus, dan ia tidak berjanji kapan bisa kembali ke Indonesia dan bergabung dengan KasKus.

Selama dua tahun kembali ke Amerika, Sukan masih meneruskan passion dalam memberikan mentoring untuk startup di Silicon Valley dan Indonesia. Salah satu tantangan kebanyakan startup adalah kemampuan untuk mengerti target pemakai dan pola tingkah laku mereka. Menurutnya, teknologi hanyalah fasilitator, tapi  kesuksesan sebuah startup tergantung pada kemampuan kita untuk mengerti pain points/titik kesulitan para konsumen dan solusi yang kita berikan kepada mereka.

Pada saat meninggalkan KasKus, Sukan sempat merencanakan untuk membentuk Paypal Indonesia dengan menargetkan pada masyarakat kota. Setelah pivot dua kali, pendekatan terakhir berdasarkan pada model bisnis WeChat di Cina, dimana orang bisa membayar peer-to-peer dan business-to-consumer via aplikasi messenger. Di bulan Agustus 2016 Sukan berkunjung ke Indonesia dan sudah dalam proses untuk merealisasikan mimpinya dengan konsep yang sudah matang dengan pendanaan awal dan Series A dari investor yang sudah siap.

Namun ternyata Sukan dipertemukan dengan Albert Lucius, CEO KUDO, sebelum kembali lagi ke Amerika untuk bernegosiasi dengan Facebook dan Whatsapp sebagai partner dalam bisnisnya, Albert memaparkan bahwa selama beberapa tahun terakhir ini OJK tidak mengeluarkan izin yang diperlukan untuk perusahaan seperti PayPal Indonesia ini  untuk berjalan.  Tanpa izin itu, perusahaan akhirnya akan ditutup.

September 2016, Albert berhasil mengambil hati Sukan untuk kembali berkarya di perusahaan Indonesia dengan bergabung bersama KUDO sebagai CTO (Chief Technology Officer). Berdasarkan pemaparan Albert, Sukan melihat KUDO menawarkan sesuatu hal yang unik pada pasar di Indonesia, yaitu dengan memberikan akses belanja online untuk bagi masyarakat Indonesia yang belum memiliki akses internet dan rekening bank.

Sukan melihat potensi yang besar untuk bisnis model online to offline yang dimiliki KUDO dengan jaringan agennya yang tersebar di seluruh kawasan di Indonesia. Dengan pemikiran bahwa para pengguna aplikasi KUDO adalah “bos yang sesungguhnya”, KUDO akan selalu mencari tahu cara terbaik agar mereka memiliki pengalaman yang memuaskan dalam menggunakan aplikasi KUDO, sehingga bisa menyebarkan pengalamannya dari mulut ke mulutsampai “kecanduan” menggunakan KUDO.  Hal ini seperti masyarakat modern, yang sangat tergantung dan “kecanduan” dengan Google, Facebook, dan media sosial lainnya.

mediawarta-com-kudo

Dengan menargetkan masyarakat pedesaan yang jarang dituju oleh pemain raksasa, Sukan menganggap hal ini sebagai perlindungan bisnis KUDO. Saat ini, KUDO telah memberdayakan lebih dari 160.000 masyarakat produktif di Indonesia untuk menjadi pengusaha digital. Sukan optimis bahwa sebagai pelopor platform e-commerce dengan bisnis model online-to-offline yang memiliki target pasar yang unik dibandingkan dengan pemain lainnya, KUDO juga dapat mencapai target untuk memberdayakan 1.000.000 pengusaha digital Indonesia dalam beberapa tahun mendatang.

 

Comment