LDII ikuti seminar pemetaan dakwah MUI

MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Pengurus Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Makassar mengikuti seminar nasional pemetaan dakwah kerjasama Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat dengan MUI Sulawesi Selatan di Auditorium KH Muhyiddin Zain, Kampus Universitas Islam Makassar (UIM), Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (22/10/2016).

Dalam kesempatan tersebut, hadir Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Pusat KH M Cholil Nafis, sekretaris KH Ahmad Zubaidi, Ketua MUI Sulawesi Selatan AGH Sanusi Baco, sekretaris umum MUI Sulawesi Selatan M Ghalib, wakil ketua MUI Sulawesi Selatan KH Alwi Uddin, Wakil Sekretaris MUI Sulawesi Selatan Renreng Tjolli, Ketua MUI kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan, dan perwakilan ormas islam.

Dai LDII Kabupaten Gowa Haeruddin memandang, pemetaan dakwah sangat penting bagi seorang dai dalam rangka menyusun rencana strategi dalam berdakwah. “Dengan adanya informasi peta dakwah itu, kita mengenal objek dakwah, sehingga materi dakwah bisa sampai kepada masyarakat tanpa menimbulkan gejolak di dalam masyarakat itu sendiri,” ungkapnya.

Menurutnya, pola dakwah LDII selama ini, dilakukan melalui pendekatan persuasif kepada masyarakat. “Mulai dari pengenalan Islam misalnya tata cara shalat lima waktu yang kita laksanakan secara kontinyu, sehingga masyarakat bisa menerimanya,” tutur Ketua PC LDII Somba Opu ini.

Pihaknya berharap, sosialisasi peta dakwah ini dapat dilanjutkan di MUI kabupetan/kota dan MUI kecamatan. “Sehingga kita memiliki database dan bisa menguasai medan dalam berdakwah. Seperti prajurit yang mengetahui medan yang akan dihadapinya,” urai pengurus MUI Kabupaten Gowa bidang pendidikan dan dakwah ini.

Di tempat yang sama, Sekretaris Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Pusat KH Ahmad Zubaidi memaparkan, seringkali penyampaian materi dakwah tidak memperhatikan keadaan umat, sehingga dakwah tidak sesuai tujuannya yaitu mengembalikan umat pada jalan kebenaran. “Dengan peta dakwah, dai akan mengenal permasalahan riil ditengah masyarakat,” paparnya.

Disamping itu, kata Zubaidi, dengan pemetaan, dakwah tidak hanya dilakukan dengan ceramah, tetapi juga dakwah dengan perbuatan atau dakwah bil hal. “Misalnya dengan menggalakkan program pemberdayaan ekonomi umat. Kita tahu dimana kantong-kantong kemiskinan, peta kerawanan akidah, dan peta konflik antar umat,” ucapnya.

Pihaknya menguraikan, dengan pemetaan, MUI memberikan pelajaran kepada umat islam terkait keuangan syariah. “Jumlah umat islam di Indonesia sebanyak 85 persen, tetapi market share perbankan syariah baru 5 persen. Ini sangat memprihatinkan. Karena itu, MUI mendorong masyarakat bermuamalah dengan cara syariah,” ujarnya.

Perihal peta dakwah, kata Zubaidi, softwarenya berbasis Geographic Information System (GIS). “Surveyor akan turun ke lapangan seperti ke Kemendagri, Kepolisian, dan KUA untuk mengumpulkan data. Lalu, data kualitatif dan kuantitatif itu akan dimasukkan ke dalam software kita,” jelasnya.

Comment