Mendirikan Mesjid ditengah keterbatasan

Foto : Istimewa

MEDIAWARTA.COM, MALINO – Kota bunga Malino berselimut awan. Angin sepoi-sepoi mengibas-ngibas kulit. Sejuk alam Malino menyambut. Awan kelabu menutupi cahaya matahari. Sinar matahari tidak mampu menembus tanah bersejarah, tanah Gowa, Sulawesi Selatan.

Di belakang Pasar Sentral Malino, seorang lelaki, Hama Daeng Lewa (80) sedang berdiri di atas batu kerikil. Bebatuan kali dan batu merah teronggok di samping pondasi. Di tanah tempat ia berpijak, petak pondasi telah terbangun. Bentuk pondasi itu bukanlah segi empat laiknya pondasi bangunan pada umumnya. Luas pondasi ini tak sampai 10×10 meter. Di atas tanah itu, sebuah masjid akan dibangun, Masjid Nurul Falah.

Selama ini, pengajian santri TPA dipusatkan di beberapa rumah, seperti di Tombolo dan Bandengia. Wildan berharap, pembangunan Masjid Nurul Falah segera selesai. “Semoga bisa cepat jadi. Kalau sudah jadi, ibadah dan pengajian bisa lancar,” katanya.

Pada Minggu (7/8/2016) lalu Sekretaris Daerah Kabupaten Gowa Muchlis hadir di tempat ini. Ia meletakkan batu pertama Masjid Nurul Fala ini. Hampir dua bulan berjalan, masjid dibangun dengan swadaya masyarakat setempat. Meski tak mudah, niat untuk meraih pahala disisi-Nya menjadi motivasi terbesar pembangunan masjid tersebut.

Bagi masyarakat di belakang Pasar Sentral Malino, masjid adalah tempat yang sangat dinantikan. Sebab, selama ini, pengajian digelar di rumah-rumah warga. Belum ada tempat tetap untuk melaksanakan pengajian. Termasuk pengajian anak-anak, remaja, dan dewasa. Masyarakat berharap, pembangunan masjid ini segera diselesaikan.

Dengan demikian, nantinya dapat difungsikan sebagai pusat kegiatan dakwah. Dukungan moral maupun dana dari para donatur tentu sangat bermanfaat. Dengan adanya masjid, syiar islam di Malino tentu lebih intens lagi. Umat islam dapat melakukan pembinaan umat secara lebih terencana di dalam masjid.

Comment