Ketua Forum Telematika KTI: Protokol media sosial kunci lawan Hoax

MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Ketua Forum Telematika Kawasan Timur Indonesia (KTI) Hidayat Nahwi Rasul mengemukakan, di era teknologi informasi yang begitu pesat berkembang saat ini, perlu dirumuskan protokol media sosial sebagai panduan berselancar di dunia maya.

Demikian disampaikan Hidayat disela-sela kegiatan literasi pengguna media sosial dan launching gerakan netizen Sulawesi Selatan di Gedung Balai Prajurit Jenderal M Yusuf, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (18/4/201).

Hidayat menjadi salah satu dari empat pembicara dalam diskusi yang digagas Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik, dan Persandian Sulawesi Selatan ini. Selain Hidayat, menjadi pemateri Dirjen Aplikasi Informatika Kemkominfo Septriana Tangkari, Direktur Reskrimksus Polda Sulawesi Selatan Kombespol Yudhiawan Wibisono, dan Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Hasanuddin Iqbal Sultan. Adapun moderator Dosen Komunikasi Universitas Hasanuddin Aswar Hasan dan Mantan Komisioner KPID Sulawesi Selatan Alem Febri Sonni.

Menurut Hidayat, urgensi protokol media sosial sebab penetrasi media sosial yang begitu tinggi di Indonesia. “Ketersambungan internet kita terbesar kelima di dunia. Selain itu, penduduk Indonesia sangat mejemuk,” ungkap Ketua Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Sulawesi Selatan ini.

Anggota White List Nusantara Kemkominfo ini mengungkapkan, sebab penduduk Indonesia begitu majemuk, maka berita palsu atau hoax harus diantisipasi. “Karena hoax bisa meruntuhkan akal sehat dan bisa merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara,” tutur Hidayat.

Pihaknya mengingatkan dampak negatif hoax. “Ada yang disebut jejak digital. Meski orang yang telah menulis hoax telah meninggal dunia, ia meninggalkan dosa digital. Karena tulisan dan foto yang diunggal di internet tidak bisa dihapus,” papar Ketua Komisi Teknologi Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Sulawesi Selatan ini.

Hidayat mengajak netizen agar santun dan produktif di media sosial. Bahan baku media sosial, kata Hidayat, yaitu informasi dan ilmu pengetahuan. “Kalau kita bisa memproduksi informasi yang positif dan mendapat ilmu pengetahun melalui internet, maka akan terjadi pencerdasan. Smartphone akan memuat smart society, sehingga media sosial menjadi wahana pencerahan sosial dan memperkaya modal sosial kita sebagai bangsa,” sebutnya.

Ihwal bahaya pornografi, Hidayat menjelaskan, saat ini siswa kelas 3 Sekolah Dasar (SD) telah menjadi sasaran. “Ini akan membentuk pustaka pornografi di kepala anak-anak kita. Jika ini terjadi, maka 5 sampai 10 tahun yang akan datang, Indonesia akan menjadi konsumen porografi yang tertinggi di dunia,” jelasnya.

Pihaknya mengatakan, konsumsi yang besar terhadap pornografi akan berbanding lurus dengan tingginya angka pornoaksi. “Tentu pornografi akan mengorbankan moralitas dan etika bangsa,” tutup Hidayat.

Diskusi menghadrkan 1.000 mahasiswa dari beberapa kampus, diantaranya Universitas Hasanuddin, Universitas Muhammadiyah Makassar, Universitas Negeri Makassar, Universitas Muslim Indonesia, UIN Alauddin Makassar, Universitas Islam Makassar, Universitas Bosowa, STMIK Dipanegara Makassar, dan UKI Paulus Makassar.

Dalam pembukaan diskusi literasi media sosial, hadir Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo dan Kadis Komunikasi, Informatika, Statistik, dan Persandian Sulawesi Selatan Andi Hasdullah. (*)

Comment