LDII Sulsel Komitmen Cetak Generasi Qur’ani

MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Manusia membutuhkan Alquran sama seperti manusia membutuhkan makanan. Sebab tubuh manusia terdiri dari tiga unsur yaitu akal, jiwa, dan jasad. Makanan bagi akal manusia adalah ilmu dan pengetahuan. Makanan bagi jiwa manusia adalah zikir kepada Allah SWT. Makanan bagi jasad adalah makanan dan minuman.

Bila diibaratkan makanan, maka Alquran memiliki tiga hidangan. “Pertama, hidangan ilmu dan pengetahuan sebagai makanan bagi akal. Kedua, hidangan rahmat dan hidayah sebagai makanan bagi jiwa. Ketiga, hidangan kekuatan dan keterampilan sebagai makanan jasad,” tutur Wakil Ketua Majelis Taujih wal Irsyad DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Ustaz Abdul Aziz Ridwan Lc saat menjadi pemateri dalam kegiatan Training of Traniners (ToT) Manajemen Tahfizul Quran Sistem Halaqah di Masjid Roudhotul Jannah, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (19/9/2017).
Selain dari LDII Sulsel sendiri, diklat manajemen tahfizul Quran ini juga diikuti peserta utusan LDII Sulawesi Barat, LDII Sulawesi Tenggara, LDII Sulawesi Tengah, dan LDII Gorontalo.
Bila Alquran bisa dihafal, maka ilmu-ilmu yang lain akan lebih mudah dikuasai. Seseorang yang menguasai Ilmu Alquran membuatnya memiliki pemikiran yang benar dan unggul. “Ilmuan matematika Al-Khawarizmi yang menemukan rumus matematika al jabar adalah penghafal Quran diusia 10 tahun. Ahli pengobatan seperti Ibnu Sina adalah penghafal Quran diumur 10 tahun,” ujar pengajar Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri Jawa Timur ini.
Sistem manajemen tahfizul quran dibagi menjadi tiga yaitu, sistem halaqah, sistem madrasah, dan sistem ma’had. Menghafal Quran dengan sistem halaqah dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok. Pertemuan antara guru dan santri dilakukan rata-rata tiga kali seminggu. Pengawasan dilakukan oleh pengurus halaqah, guru, dan orang tua. Tempat pelaksanaan halaqan tidak harus di tempat khusus, namun bisa dimana saja. Adapun target hafalan 30 juz mulai dari 1 tahun, 3 tahun, 6 tahun, dan 12 tahun.
Penghafal Quran memiliki kebenaran dan keunggulan dalam berpikir. Allah SWT memenuhi hati para penghafal Quran dengan ketenangan dan ketentraman. Seperti sifat para nabi yang hatinya tidak pernah susah, meskipun hidup dalam penderitaan. Alquran membuat seseorang dekat dengan Allah SWT. Selain itu, kitab suci umat Islam ini menyelamatkan seseorang dari marabahaya fisik dan psikis. “Bila jauh dari Alquran, maka temannya adalah setan. Jika dekat dengan Quran, maka setan tidak akan berbahaya baginya,” sebut Ustaz Aziz.
Dalam forum pertemuan tersebut, pihaknya mengajak hadirin untuk membaca dan menghafal Alquran. “Kapan terkakhir kita menghatamkan Alquran? Padahal, banyak orang yang buta, tuli, dan bisu yang ingin membaca, mendengar, dan melantunkan ayat suci Alquran,” ujarnya.
Tujuh tahapan dalam mengambil manfaat Alquran yaitu mendengar, membaca, memahami, menghafal, menghayati, mengamalkan, dan mengajarkan Alquran. “Mari ambil pelajaran dari ayat Alquran yang dihafal. Seperti kisahnya Ibnu Umar yang bisa mendalami ayat Quran. Ia menangis saat meminum air putih sebab teringat ayat bahwa di hari kiamat orang-orang yang tidak beriman akan dihalang-halangi dari keinginannya untuk meminum air,” ungkap Ustaz Aziz.
Jadikanlah Alquran sebagai teman di dunia, maka Alquran akan menjadi teman di akhirat. Jika dekat dengan Alquran, maka kita dekat dengan kebaikan. Jika jauh dari Alquran, maka kita jauh dari kebaikan. “Setiap selesai shalat, bacalah Alquran minimal 2 lembar, sehingga dalam sehari semalam minimal kita membaca 1 juz. Alquran menjadi obat bagi hati, seperti yang diterangkan di dalam Alquran Surah Yunus ayat 57,” tuturnya.
Implementasikan Alquran dalam kehidupan sehari-hari, mulai bangun tidur hingga tidur lagi. Saat mendapatkan musibah dan nikmat, tampakkan nilai-nilai Alquran dalam perilaku. “Ajarkan ilmu Alquran sebagai bahan mengajak kebaikan pada orang lain. Orang yang menghafal dan mengimplementasikan Alquran akan mendapatkan solusi permasalahan hidup ia hadapi,” imbuhnya.
Perihal keistimewaan menghafal Quran, Ustaz Aziz mengatakan, menghafal adalah metode asli dalam belajar dan mengajar Alquran. Selain itu, menghafal Quran adalah sumber ilmu, petunjuk, dan hikmah. “Menghafal Quran adalah sebaik-baiknya langkah menuju derajat tinggi dan kebahagiaan. Menghafal Quran merupakan proyek yang tidak mengenal kegagalan dan kerugian. Selain itu, ia menjadi benteng yang kuat dari barang yang syubhat dan syahwat. Terakhir, menghafal adalah sebaik-baiknya kegiatan untuk memanfaatkan waktu,” pungkasnya.

Comment