Dosen STITEK Balik Diwa Ajari Warga Barebbo Kabupaten Bone Tingkatkan Kesuburan Tambak dengan Vermikompos

MEDIAWARTA.COM, BONE – Dosen Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Diwa Makassar, Ardi Eko Mulyawan SPi MSi mengedukasi masyarakat meningkatkan kesuburan tambak dengan menggunakan pupuk cacing (vermikompos). Hal ini ia terapkan di Desa Kading, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Ia mengatakan, pihak kampus STITEK Balik Diwa Makassar bekerjasama dengan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Kemenristekdikti. “Salah satu tri dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat. Yang saya lakukan di Bone adalah program PKM yang dibiayai oleh DRPM Kemenristekdikti,” ujarnya saat diwawancarai di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (21/10/2018).

Bersama Ir Aryanti Susilowati MSi, Ardi Eko melaksanakan dua program PKM. Pertama, pengolahan rumput laut (Gracillaria verrucosa) atau dalam bahasa lokal disebut Sango-sango menjadi permen jelly. Kedua, pengelolaan tambak menggunakan pupuk kascing (vermikompos).

Adapun Ir Aryanti Susilowati MSi yang merupakan dosen prodi teknologi hasil perikanan bertindak selaku ketua tim. Sedangkan Ardi Eko Mulyawan SPi MSi selaku dosen prodi budidaya perairan menjadi anggota tim. Mereka dibantu oleh mahasiswi STITEK Balik Diwa, Faradillah Ashari.

Umumnya, petambak di Desa Kading menjual rumput laut dalam keadaan kering. Karena itu, pihaknya mengajarkan istri-istri petambak mengolah rumput laut menjadi makanan. “Minimal mereka mempunyai kegiatan di waktu luang. Mudah-mudahan, bisa menjadi usaha sampingan dan menambah penghasilan keluarga,” kata Eko.

Meski demikian, pihaknya masih dalam tahap memperkenalkan proses produksi permen jelly. “Masih tahap perkenalan. Belum masuk ke lingkup usaha. Kedepan, kalau masih dilanjutkan, kami harapkan ada usaha lain selain menjual rumput laut dalam keadaan kering,” ujar Eko.

Kegiatan kedua, Eko dan timnya, mengajarkan petani rumput laut menggunakan pupuk bekas cacing (kascing) atau vermikompos. “Sasaran utama kami adalah mengedukasi masyarakat agar mengurangi penggunaan pupuk kimia. Kami coba edukasi menggunakan pupuk vermikompos,” katanya.

Saat ini, pihaknya masih dalam tahap edukasi. Sejak Juli 2018 hingga Oktober 2018. “Ada yang namanya mitra. Kami dari perguruan tinggi bermitra dengan petani untuk transfer ilmu. Nantinya mitra ini mengembangkan ilmunya kepada masyarakat,” sebut Eko.

Lebih jauh, penggunaan pupuk kimia yang terlalu banyak bisa merusak struktur tanah. Dalam beberapa jurnal, katanya, sudah banyak petani yang berhasil memanfaatkan pupuk vermikompos. “Kami mencoba penggunaan pupuk vermikompos di tambak,” urainya.

Pemupukan yang dilakukan oleh mitra sebelum menebar benih dinilai kurang efektif. Mitra selalu memberikan pupuk urea dan TSP ke tambak sebelum menebar bibit rumput laut. Kebiasaan ini sudah berlangsung lama. Kemungkinan mitra belum menyadari dampak penggunaan pupuk kimia dalam jangka waktu lama. Tidak semua unsur dari dari pupuk kimia bisa diserap oleh rumput laut.

Penggunaan pupuk vermikompos diharapkan mampu memperkaya unsur hara yang diperlukan rumput laut untuk bertumbuh. Unsur-unsur hara yang dilepaskan oleh pupuk vermikomposdiperlukan untuk meningkatkan kesuburan air dan tanah. Pada pupuk vermikompos terdapat kurang lebih tiga belas unsur hara (makro dan mikro) yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.

Selain itu, diperlukan untuk pembentukan pigmen-pigmen fotosintesis, bagian-bagian sel talus, sumber energi, pembentukan agar dan bentuk-bentuk lain yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis rumput laut, sehingga menghasilkan pertumbuhan dan kualitas yang maksimal. “Yang saya uji coba pada lahan ukuran 30 x 20 meter persegi. Setelah tanahnya dikeringkan, diisi air setinggi setengah betis. Lalu tanah diberikan pupuk. Setelah menunggu 2 minggu, tambahkan air. Kemudian, tunggu hingga 1 minggu dan bibit rumput laut siap ditebar,” katanya.

Comment