BI Dorong Peningkatan Ekspor Komoditas Unggulan Sulsel

MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan terus berupaya membantu pemerintah dalam pengembangan komoditas lokal dengan memberikan pembinaan khusus kepada UMKM yang terpilih sebagai binaan BI.

Salah satunya Kopi Luwak Malino yang diproduksi oleh industri kecil di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, berhasil menembus pasar ekspor.

” Saat itu BI melakukan pameran Bank Indonesia, tapi sebelumnya sudah menjadi binaan Dinas Perdagangan kabupaten Gowa,” ujar Kepala Divisi Diplementasi KEKDA (kebijakan ekonomi dan keuangan daerah), Edwin Permadi saat mengajak jurnalis ekonomi d mengunjungi kafe dan pusat pemasarannya di kota Malino, Sabtu 12 Desember 2020.

Sejalan dengan upaya BI Sulsel dalam meningkatkan kopi sebagai komoditas unggulan berbagai upaya telah dilakukan salah satunya melakukan pembinaan seperti membantu pemasaran Kopi luwak dengan membangun jaringan ke asosiasi kopi di Singapura, pelatihan keuangan, dan pengelolaan usaha serta mengikutsertakan pameran dalam negeri maupun luar negeri.

” BI juga membantu fasilitasi marketing lewat ok boarding hingga kopi luwak bisa masuk marketplace dan platform marketing digital” lanjut Edwin.

BI juga memasukkan kopi luwak Malino ini sebagai local development sehingga bisa meningkat perekonomian dan ekspor. Karena itu BI berusaha memfasilitasi untuk terus meningkatkan kualitas kopi dengan fasilitasi kurator kopi.

”Ekspornya sudah tembus ke pasar Singapura, dan saat ini proses pemberian sampel ke China dari rekan BI di Beijing untuk mengenalkan kopi luwak kita, Di Tokyo Jepang juga ada yang disimpan di booth, dengan harapan ada pengusaha tertarik. Selain itu kita juga ada contoh hingga memperkenalkan juga ke festival kopi di Jakarta,” pungkas Edwin.

Seperti di ketahui, bahwa kopi luwak malino ini masuk dalam kategori Kopi spesiality yang memiliki standart khusus, salah satunya standar biji kopi yang memiliki skor diatas 80 poin dan skala skor tertinggi pada skor 100 poin menurut perhitungan SCAA (Specialty Coffee Association of America) dan metode penilaian skor ini digunakan hingga sekarang. Untuk mencapai skor specialty tanaman kopi sangat diperhatikan dengan teliti cara perawatan, cara panen, hingga didistribusikan ke banyak tempat.

Kopi Luwak Malino juga mengikuti proses kurasi agar bisa dikategorikan sebagai produk spesialty. Bank Indonesia memegang peranan penting agar UMKM binaannya tersebut memenuhi standar sebagai produk spesialty oleh kurator.

“Untuk menjadi spesialty harus memenuhi standard tertentu, jadi kalau belum memenuhi standard, tugas kita untuk (bantu) tingkatkan kualitas. Jika hasil kurasi kurang di bagian tertentu, kita akan bina di situ. Kopi Luwak Malino ini sudah memenuhi dan menjadi spesialti karena dia kopi khusus,” papar Edwin.

Pembinaan Kopi Luwak Malino merupakan bagian dari program Local Development Bank Indonesia Sulsel untuk mendorong UMKM dengan produk unggulan Sulsel menembus ekspor, sehingga berefek ke pertumbuhan ekonomi.

Barista Kopi Luwak Malino, Sain mengungkapkan terima kasih kepada Bank Indonesia karena membantu pengembangan Kopi Luwak Malino, utamanya dalam promosi produk.

“Bank Indonesia utamanya, mereka membantu promosi. Kalau ada event, kami diikutkan, kami juga dijadikan prioritas. Selain itu, ada bantuan-bantuan yang lain juga,” katanya.

Lebih jauh, Sain mengatakan, rata-rata produksi Kopi Luwak Malino mencapai kisaran 200 hingga 300 kilogram (kg) per bulan. Berbeda dengan kopi lainnya karena merupakan produk spesialty, harga Kopi Luwak Malino bisa mencapai Rp1,8 juta per kg.

“Luwak itu punya rate yang berbeda dengan kopi lain, makanya punya (segmen) customer sendiri,” ujarnya.(Komang Ayu)

Comment