Dampak Negatif dari Etika Buruk di Media Sosial

MEDIAWARTA.COM, BUTON UTARA – Sebanyak 544 peserta mengikuti Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo. Kegiatan kali ini dilaksanakan secara virtual pada 29 Juni 2021 di Kabupaten Buton Utara, Sulawesi Tenggara. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Adapun tema kali adalah “Aman dan Nyaman dalam Bermedia Sosial”.

Program kali ini menghadirkan empat narasumber yang terdiri dari Aris Badara selaku Guru Besar Bidang Pendidikan, Bahasa, dan Wacana, Dahri Dahlan selaku akademisi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman, Asniwun Nopa selaku praktisi sosial, serta M. Ridwan Alimuddin selaku pegiat literasi dan penulis. Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Made Dwi Andjani dari Japelidi Unissula. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan peserta sebanyak 57.550 orang.

Pemateri pertama adalah Aris Badara yang membawakan tema “Modal  Sosial Millenial dalam Bermedia Sosial”. Menurut Aris, pesatnya perkembangan digital di Indonesia saat ini membuat kebanyakan anak muda langsung menelan mentah-mentah informasi dari media sosial. “Padahal, media sosial seharusnya dapat digunakan untuk memudahkan generasi muda dalam mencari informasi yang baik dan benar,” katanya.

Sesi dilanjutkan oleh M. Ridwan Alimuddin yang membawakan tema “Etika Bermedia Sosial”. Dalam materinya, Ridwan mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dalam membuat status di media sosial dan jangan mudah terbawa emosi. “Status-status di media sosial, terutama yang negatif, dapat membawa dampak buruk bagi penulisnya di kemudian hari,” ujarnya. 

Sebagai pemateri ketiga, Dahri Dahlan mengusung tema “Berbahasa di Dunia Digital”. Dahri menjelaskan beberapa risiko berbahasa buruk dalam dunia digital, salah satunya adalah mempengaruhi citra dan reputasi diri. “Dampak lebih jauhnya adalah terhadap relasi dan pekerjaan individu tersebut,” tuturnya. 

Adapun Asniwun Nopa, selaku pemateri terakhir, membawakan tema “Rekam Jejak di Era Digital”. Asniwun mengatakan bahwa jika bisa memanfaatkan jejak digital dengan baik, maka kita tidak perlu mengkhawatirkan dampak negatifnya. “Dengan mengoptimalkan jejak digital milik diri sendiri, citra diri kita di internet juga akan terpengaruh,” terangnya. 

Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator. Terlihat antusiasme dari para peserta yang mengirimkan banyak pertanyaan kepada para narasumber. Panitia memberikan uang elektronik senilai Rp 100.000 bagi 10 penanya terpilih.

Program Literasi Digital mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak pihak karena menyajikan konten dan informasi yang baru, unik, dan mengedukasi para peserta. Kegiatan ini disambut positif oleh masyarakat Sulawesi. Salah satu peserta, Pangeran Adi, bertanya tentang langkah praktis seperti apa yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi penindasan siber di media sosial. Pertanyaan ini dijawab oleh Ridwan yang berujar bahwa hal tersebut tetap kembali kepada diri sendiri.

Comment