Kebebasan Berekspresi di Media Digital Secara Positif

MEDIAWARTA.COM, MAMASA – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 21 Juni 2021 di Mamasa, Sulawesi Barat. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Adapun tema kali adalah “Aman dan Nyaman dalam Bermedia Sosial.” 

Kegiatan yang diikuti oleh 662 peserta ini menghadirkan empat narasumber yang terdiri dari As’ad Sattari selaku Sekretaris Himpunan Sarjana Kesusastraan Sulbar, Wininda Qusnul Khotimah selaku dosen Ilmu Komunikasi Universitas Dr. Hamka, Irwan Abdul Latif selaku jurnalis Metro TV sekaligus anggota AJI Sulbar, dan Nadiman selaku pengurus Forum Generasi Berencana BKKBN Sulbar. Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Vivi Zabkie selaku Manajer Riset KIC. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan peserta sebanyak 57.550 orang.

Pemateri pertama adalah Wininda Qusnul Khotimah yang membawakan tema “Digital Skills: Positif, Kreatif, dan Aman di Internet.” Dalam sesinya, Wininda mengutip Marshall McLuhan yang mengatakan bahwa media merupakan perpanjangan alat indra manusia, sehingga kehadiran media digital dianggap sebagai perpanjangan mata dan telinga manusia. “Meningkatnya penggunaan internet dan media sosial menuntut kita untuk aktif secara positif yang dicerminkan dalam konsep netiket,” lanjutnya. 

Berikutnya, Nadiman menyampaikan materi “Digital Ethics: Bebas Namun Terbatas, Berekspresi di Media Sosial.” Ia memberikan beberapa contoh kebebasan berekspresi di media sosial seperti, jurnalisme warga; penggunaan meme, tagar, dan infografis; kebebasan pers; serta menulis status di media sosial. “Semua pengguna memiliki kebebasan untuk berpendapat, namun harus dibarengi pengetahuan mengenai aturan dan etika yang berlaku”, ujar Nadiman. 

Sebagai pemateri ketiga, As’ad Sattari membawakan tema tentang “Digital Culture: Penggunaan Bahasa yang Baik di Dunia Digital.” As’ad menuturkan bahwa bahasa yang baik dan santun terikat pada norma yang berlaku di suatu daerah serta sesuai dengan PUEBI. “Penggunaan bahasa yang baik di internet dapat memberikan dampak positif. Sebaliknya, penggunaan bahasa yang tidak sopan bisa menyebabkan sakit mental,” imbuhnya.

Adapun Irwan Abdul Latif, sebagai pemateri terakhir, menyampaikan tema mengenai “Digital Safety: Kenali dan Pahami Rekam Jejak Digital.” Dalam paparannya, Irwan membagikan tips menjaga keamanan digital data pribadi seperti melindungi kata sandi dan surel; tidak membagikan informasi log masuk (login), serta wajib log keluar (logout) usai menggunakan aplikasi. “Penetrasi internet yang tinggi di Indonesia seharusnya diimbangi dengan kemampuan bersikap kritis terhadap informasi yang beredar di internet,”  katanya.

Setelah pemaparan materi oleh semua narasumber, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu moderator. Terlihat antusias dari para peserta yang mengirimkan banyak pertanyaan kepada para narasumber. Panitia memberikan uang elektronik senilai Rp 100.000 bagi 10 penanya terpilih.

Program Literasi Digital mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak pihak karena menyajikan konten dan informasi yang baru, unik, dan mengedukasi para peserta. Kegiatan ini disambut positif oleh masyarakat Sulawesi. Salah satu peserta, Ananda Safira Jasmin, bertanya apakah sifat FoMO (Fear of Missing Out) berawal dari kemajuan teknologi. Menurut Wininda, hal tersebut merupakan persoalan psikologis dan media sosial bukanlah penyebab, melainkan pemicu.  

Comment