Siapapun Bisa Berdakwah Di Internet, Berikut Kiat-Kiatnya Agar Tak Salah Arah

MEDIAWARTA.COM, KOTAMOBAGU – Rangkaian Literasi Digital ‘Indonesia Makin Cakap Digital’ di Sulawesi yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siber Kreasi bersama Dyandra Promosindo kembali menggelar kegiatan diskusi virtual pada Rabu, 23 Juni 2021. Kolaborasi ketiga lembaga tersebut dikhususkan pada penyelenggaraan Literasi Digital di wilayah Sulawesi. 

Dalam webinar yang digelar di Kotamobagu, Sulawesi Utara, ini, mengambil tema “Dakwah yang Ramah di Internet”. Kegiatan ini dihadiri oleh 354 peserta dari berbagai kalangan. Sejumlah narasumber yang hadir yaitu Andi Fikra Pratiwi Arifuddin M.Sos.I selaku Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, Dr Taufani selaku Pegiat Literasi, Supardi Bado selaku Sekretaris Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Sulawesi Utara, dan Muhammad Anshori selaku aktivis Gusdurian dan Praktisi Media Sosial. Sedangkan moderator dalam acara ini adalah Richard Lioe dari Katadata. 

Materi pertama disampaikan oleh Muhammad Anshori tentang keahlian digital atau digital skill yang mengambil judul “Berdakwah di Media Sosial? Sebaiknya Tahu Hal Ini”. Konsep tahapan seseorang dalam berdakwah dimulai dari hal apa yang diyakini, lalu mengambil tindakan atau take action dari hal yang dipercayai tersebut, dan kemudian membagikannya atau share ke media sosial. Menurut Anshori, dalam mengambil tindakan terdapat hal-hal yang perlu dipahami. Antara lain, mengenali audience atau target group, tahu keterampilan diri, pikirkan apa yang bisa diproduksi, serta menjadikan diri sebagai teladan. “Skill itu memang penting dalam berceramah atau berdakwah, tapi janganlah menuhankan skill. Apapun yang kita sampaikan di media sosial itu akan dapat menjadi konten dakwah yang menarik selama kita bisa mengemasnya,” kata pemilik akun Instagram @gantengpolnotok ini. 

Pembicara kedua dalam webinar kali ini yaitu Dr Taufani yang memaparkan etika digital atau digital ethic dengan tema “Bagaimana Bijak Berkomentar di Media Sosial”. Belakangan ini, banyak tokoh atau pemuka agama yang memiliki pengikut di media sosial justru terpancing dengan isu-isu berita bohong atau hoaks. Sehingga, ia pun membuat komentar ataupun konten yang keliru dan turut disebar oleh para pengikutnya. 

Alhasil, dalam agama Islam kesalahan data dalam berkomentar tersebut akan berakibat fatal dan justru menimbulkan dosa jariah atau berkelanjutan. Agar warganet bisa terhindar dari komentar dan konten yang salah, Dr Taufani memberikan sejumlah kiat untuk identifikasi berita hoaks. Misalnya, bersikaplah skeptis dengan konten yang umumnya bernada provokatif, pastikan URL atau uniform resource locator, periksa ejaan bahasanya, cek keaslian foto salah satunya lewat aplikasi Google Reserve Image, serta turut aktif juga di group anti hoaks. “Kita juga harus menghindari overgeneralisasi suatu kasus yang ada di negara lain dengan isu nasional,” ujar dia. 

Selanjutnya, tampil sebagai pembicara ketiga yaitu Andi Fikra Pratiwi A yang membawakan paparan kultur digital atau digital culture dengan tema “Literasi dalam Berdakwah di Dunia Digital”. Menurut dia, media sosial sekarang telah beranjak menjadi kebutuhan primer, termasuk bagi para pemuda remaja yang gemar mencari pembelajaran agama di internet. 

Sayangnya, di internet seluruh informasi bisa masuk dan tidak memiliki penyaring atau filter yang mampu menilai mana dakwah positif dan mana ajakan yang menjerumuskan. Oleh sebab itu, penyaring yang paling efektif adalah pribadi warganet sendiri untuk memilah dakwah tersebut. “Mirisnya, hal ini diperparah kecenderungan para audiens yang tidak peduli dengan latar belakang pendakwah,”  jelas dia. 

Terakhir, paparan tentang keamanan digital atau digital safety disampaikan Supardi Bado yang mengambil tema “Tips dan Pentingnya Internet Sehat”. Menurutnya, kiat agar tidak terjerumus berita hoaks misalnya dengan menghindari situs atau media sosial yang provokatif, warganet dapat mengecek situs tersebut di laman whois.com. Selain itu, pengguna internet juga disarankan untuk menahan diri dalam membagikan konten dan unggahan yang tidak jelas dan selalu memeriksa fakta-faktanya. 

Seminar virtual kali ini diikuti oleh sekitar 67 peserta. Setelah seluruh materi disampaikan para peserta webinar diberikan kesempatan bertanya kepada para narasumber melalui kolom komentar yang tersedia. Panitia menyiapkan hadiah 10 voucher dengan nilai masing-masing Rp 100.000.

Comment