Internet Sehat Sebagai Upaya Pembekalan Diri Sebelum Bermedia Sosial

MEDIAWARTA.COM, TANA TORAJA – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 7 Juli 2021 di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Adapun tema kali adalah “Mengenal dan Menangkal Hoaks”.

Program kali ini menghadirkan empat narasumber, yaitu Angga Prawadika Aji selaku dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga, Eko Widianto selaku wartawan Tempo, Madia S. Nura selaku pencerita sekaligus editor naskah, serta Galuh Riyanti Auliah selaku pemengaruh. Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Rosniawati. Kegiatan kali ini dihadiri oleh 600 peserta yang berasal dari berbagai kalangan usia dan juga profesi. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan peserta sebanyak 57.550 orang.

Pemateri pertama adalah Angga Prawadika Aji yang membawakan judul “Informasi Digital, Identitas Digital, dan Rekam Jejak Dunia Digital”. Angga memaparkan bahwa banyaknya pengguna baru yang memakai internet dalam masa pandemi turut memicu naiknya tingkat kejahatan siber. “Data pribadi yang didapatkan oleh oknum kejahatan mungkin tidak bernilai, tetapi data tersebut dapat digunakan untuk membangun fondasi dalam menyerang target primer yang lain. Itu sebabnya, jaga data pribadi dengan baik dan benar,” pesannya. 

Berikutnya, Eko Widianto menyampaikan materi berjudul “Sudah Tahukah Kamu Dampak dari Penyebaran Hoaks”. Eko menyampaikan, penetrasi internet yang tinggi harus diimbangi dengan literasi yang memadai agar kita tetap kritis terhadap informasi yang beredar di internet. “Hoaks dapat terjadi karena tiga hal, yaitu informasi yang dibagikan salah namun orang yang membagikannya percaya itu benar (misinformasi), informasi yang dibagikan salah dan orang yang membagikannya tahu itu adalah adalah salah (disinformasi), dan informasi dibagikan berdasarkan fakta tetapi merugikan kelompok-kelompok tertentu (malinformasi),” urai dia. 

Pemateri ketiga, Madia S. Nura, membawakan materi tentang “Cara Menyuarakan Pendapat di Media Sosial”. Madia menjelaskan mengenai pentingnya netiket dalam bermedia sosial. “Contoh netiket, misalnya menggunakan informasi dengan bijak, memperhatikan penggunaan huruf kapital, mempertimbangkan bahasa/istilah yang digunakan, membantu mengendalikan perang kemarahan, tidak melakukan plagiarisme, serta menyaring sebelum dibagikan,” terangnya.

Adapun Galuh Riyanti, sebagai pemateri terakhir, menyampaikan judul “Tips dan Pentingnya Internet Sehat”. Galuh membuka sesinya dengan pemaparan mengenai dampak positif dan negatif dalam perkembangan internet serta tips pentingnya internet sehat. “Informasi sehat dan positif akan memberikan energi baik untuk pikiran dan tubuh kita”, tegas Galuh.

Setelah pemaparan materi oleh semua narasumber, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu moderator. Salah satu peserta, Muhammad M. Yusril, bertanya mengenai bagaimana cara memberitahu orangtua tentang kejahatan digital. Menurut Angga, penyebaran misinformasi pada kalangan usia lanjut bukan disebabkan oleh konten dari informasinya, melainkan siapa penyebar informasi tersebut. Itu sebabnya, penting untuk berpikir kritis dalam berinternet. “Kita juga dapat mengedukasi mereka sehingga informasi yang diberikan dapat dicerna secara perlahan,” imbuh Angga.

Program Literasi Digital mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak pihak karena menyajikan konten dan informasi yang baru, unik, dan mengedukasi para peserta. Kegiatan ini disambut positif oleh masyarakat Sulawesi. Dalam acara yang digelar di Tana Toraja tersebut, panitia memberikan uang elektronik senilai Rp 100.000 bagi 10 penanya terpilih.

Comment