Tingkatkan Literasi Digital, Selamatkan Diri Dari Penipuan Daring

MEDIAWARTA.COM, POLIWALI MANDAR – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 17 Juli 2021 di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Adapun tema kali ini adalah “Ragam Penipuan di Dunia Online”.

Program kali ini menghadirkan empat narasumber yang terdiri dari Cyber Security dan Hacking Forensics & Data Scientist Enthusiast Suwito Pomalingo, pemengaruh dan kreator konten gaya hidup Kevin Horax, ibu rumah tangga dan praktisi kehumasan Pretty DL Mamonto, dan Direktur Prima Komunika Canny Franky Watae. Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Vivi Zabki selaku manajer riset KIC. Pada kegiatan kali ini dihadiri oleh 302 peserta dari berbagai kalangan profesi maupun usia. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan peserta sebanyak 57.550 orang.

Pemateri pertama adalah Suwito Pomalingo yang membawakan tema “Transaksi Digital Mudah dan Aman”. Transformasi digital telah mengubah seluruh kehidupan, pekerjaan, cara berpikir, dan terhubung dengan orang lain. Berkembanglah pembayaran digital (m-banking, SMS banking, internet banking, dompet digital). Sejumlah bank juga punya fitur untuk transaksi digital, misalnya lewat QRIS. Karena sekarang orang jamak menggunakan pembayaran digital, Suwito pun membagikan berbagai modus kejahatan transaksi digital, agar bisa diwaspadai. “Sebagian besar modusnya menggunakan social engineering. Lebih mudah membohongi orang untuk mendapatkan kata sandinya daripada membobol sistem,” katanya. 

Berikutnya, Kevin Horax menyampaikan materi berjudul “Memahami Aturan Bertransaksi di Dunia Digital”. Ia memaparkan aturan-aturan dalam bertransaksi digital yang ada di UU Perdagangan, UU Perlindungan Konsumen, maupun UU ITE. “Kenali hak dan kewajiban penjual dan pembeli dalam transaksi digital,” katanya. 

Sebagai pemateri ketiga, Pretty DL Mamonto membawakan tema “Digital Culture: Cara dan Legalitas Bayar Tagihan Online”. Nilai transaksi digital terus meningkat dari tahun ke tahun. Ini mengundang kejahatan dari orang yang ingin menikmati besarnya potensi ini dengan cara yang tidak benar. Pretty pun membagikan kiat aman membayar tagihan daring, yaitu melek digital, riset, cek voucher dan cashback, serta paling penting adalah jangan boros. 

Adapun sebagai pemateri terakhir, Canny Franky Watae menyampaikan tema “Digital Safety: Jenis-jenis Penipuan di Internet dan Cara Menghindarinya”. Beberapa tipe penipuan yaitu memanfaatkan data pribadi, social engineering, meniru situs asli, modus rekrutmen. “Data pribadi merupakan pintu masuk. Ekspos data pribadi terjadi misalnya kita dipancing lewat SMS, melalui media sosial, kegiatan publik,” katanya. 

Setelah pemaparan materi oleh semua narasumber, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu moderator. Salah seorang peserta webinar Muhammad Karunia bertanya kepada Suwito. “Kriminalitas digital semakin banyak. Apakah ini akan menjadi sumbu kriminalitas di Indonesia sendiri. Menurut bapak bagaimana kita harus menyikapinya. Apakah teknologi yang semakin maju juga membuat semakin tinggi angka kriminalitas digitalnya?” tanyanya.

“Sekarang ini ada yang namanya cyberspace. Sama kayak darat, laut, udara. Sekarang ada namanya cyberspace. Di dalamnya, ada cybercrime. Cybercrime ini hanyalah perwujudan dari kejahatan konvensional lalu masuk ke ranah cyber. Dulu penipuan masih tradisional, sekarang masuk ranah digital, namanya penipuan online. Kasus cybercrime makin banyak di Indonesia, entah tentang akses ilegal, konten ilegal, atau perundungan siber. Makin berkembang teknologi pasti ada sisi negatifnya juga. Maka penting kesadaran kita untuk meningkatkan literasi digital, entah dalam aktivitas transaksi online atau bermedia sosial,” katanya.

Comment