Belajar IT Sambil jaga Warnet, Anak Pedagang Kerupuk ini Sabet Beasiswa SEMESTA

MEDIAWARTA, TASIKMALAYA – Islam Nurul Yaqin, remaja asal Tasikmalaya Jawa Barat yang kerap disapa Islam ini, sebelumnya mengaku sudah tak berharap untuk bisa kuliah seperti teman-temannya. Biaya kuliah yang tinggi membuat Islam yakin bahwa ia tak ingin membebani Iyun, sang ayah, yang sehari-hari berprofesi sebagai pedagang kerupuk keliling.

“Saya sudah sempat mendaftar di Kampus Negeri dan diterima. Namun berat untuk mengambilnya karena dagangan ayah juga kian menurun setelah Pandemi COVID-19,” kenang Islam dalam Penganugerahan Beasiswa SEMESTA di Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, Rabu (10/08) pagi, yang dihadiri oleh CEO PT. Sentra Vidya Utama Sugianto Halim MMT dan Para Menteri serta Pejabat Tinggi Negara secara virtual.

Namun kegigihannya untuk berkuliah tak pernah memadamkan semangat Islam. Ia mengikuti rangkaian seleksi Beasiswa SEMESTA secara diam-diam tanpa sepengetahuan orang tuanya. Selama proses seleksi, Islam menunjukkan keahliannya dalam membuat aplikasi dan menginstallnya ke server online (docking) hanya dalam waktu semalam. Biasanya, proses menginstall suatu aplikasi online bisa berlangsung hingga berbulan-bulan.

Kemahirannya di bidang IT membuat Islam menjadi salah satu dari 50 pemenang Beasiswa SEMESTA. Beasiswa ini memberi kesempatan untuk berkuliah pada jurusan di Teknik Informatika (IT) di kampus seluruh Indonesia yang telah bekerjasama dengan SEVIMA, senilai total 1 miliar Rupiah. Sambil kuliah, pemenang juga akan mendapatkan kesempatan berkarya dan digaji oleh Education Technology SEVIMA (PT. Sentra Vidya Utama).

“Saya memilih berkuliah di Sistem Informasi Binus University. Jadi dengan Beasiswa SEMESTA ini, saya sambil kuliah, sambil bantu-bantulah kerja buat keluarga,” ungkap Islam.

Kenal IT Berawal dari Jaga Warnet Milik Saudara

Siapa sangka, perkenalan Islam di bidang IT dimulai dari tugas menjaga warung internet (warnet) milik saudara sejak kelas 6 SD. Hal-hal yang dilakukan anak bungsu dari pasangan Bapak Iyun dan Ibu Apong itu ketika di warnet awalnya relatif sederhana: memberi akses bagi pengguna, menjaga internet tetap nyala, hingga menarik karcis sewa komputer.

Rutinitas itu biasa dilakukan Islam selepas pulang sekolah. Namun satu tahun berlalu, Islam bosan dengan aktivitas di warnet yang itu-itu saja.

Islam akhirnya memanfaatkan waktu di warnet untuk belajar otodidak seputar jaringan komputer. Islam mencoba banyak hal: mulai dari mengotak-atik kabel di Warnet, mengubah sambungan internet, hingga simulasi jaringan yang lebih rumit menggunakan aplikasi Cisco Packet Tracer.

“Karena alat untuk jaringan yang bagus itu tidak murah, jadi bagaimana caranya saya belajar IT dengan murah, ya coba-coba pakai aplikasi simulasi yang ada di internet. Itu saya download dan coba-coba sendiri,” kenang Islam.

Rutinitas menjaga warnet dan belajar secara otodidak, berlanjut hingga Islam belajar IT di SMK Plus YSB Suryalaya. Salah satu SMK terbesar di Tasikmalaya milik Yayasan Pondok Pesantren Suryalaya.

Sambil bersekolah dan jaga warnet, Islam tetap membantu Bapak Iyun, sang ayah, yang berprofesi sebagai pedagang kerupuk keliling.

Karena dagang kerupuk dilakukan Bapak di Kota Bogor, jauh dari tempat tinggalnya di Tasikmalaya, Islam membantu dengan cara antar jemput sang ayah ke Terminal.

“Bapak biasanya enam minggu kerja di Bogor, satu-dua minggu pulang ke Tasikmalaya. Yang antar jemput ke Terminal Bis Ciawi Tasikmalaya, bahkan pernah malam-malam pun diantar naik sepeda motor, ya Islam dan kakaknya. Tapi Islam belum pernah ikut ke Bogor,” ungkap Ibu Apong.

Sabet Beasiswa Berkat Tekun Belajar dan Berusaha

Saat menjadi siswa kelas 3 SMK, Islam punya keinginan untuk berkuliah. Di awal 2022, Islam sempat mengikuti Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan diterima di salah satu kampus vokasi terfavorit di Jawa Barat. Sayangnya setelah berdiskusi dengan orang tua, Islam tidak mengambil kesempatan tersebut dan memilih untuk mendaftar sebagai buruh pabrik besar.

“Pertimbangannya seperti yang tadi saya sampaikan, saya tidak ingin membebani orang tua, dan waktu itu belum dibuka Beasiswa SEMESTA. Jadi saya melepaskan kuliah tersebut, dan coba tekun daftar lowongan di Pabrik dan daftar berbagai beasiswa. Alhamdulillah awal Juli sudah diterima di Pabrik,“ kenang Islam.

Namun belum lama sejak kelolosannya sebagai buruh pabrik diumumkan, pada Senin (04/07), Beasiswa SEMESTA menyatakan Islam diterima sebagai pemenang. Berita ini sangat mengejutkan keluarga Islam. Karena sebelumnya Islam belum pernah memberitahukan tentang pendaftaran beasiswa ini kepada ayah, ibu, maupun para kakaknya.

“Islam mah anaknya pendiam gitu, tapi dia tekun belajar dan berusaha. Baru dikasih tahu kita (ayah dan Ibu) ketika lolos beasiswa: Pak, Bu, Islam jadi juara (Beasiswa SEMESTA). Kuliah gratis sambil kerja. Wah nangis itu si bapak,” kenang Ibu Apong.

Kemenangan ini makin mengharukan bagi kedua orang tua Islam, karena menjadi berkah tersendiri di saat keluarganya mengalami kesulitan secara ekonomi. Pandemi COVID-19 membuat penjualan kerupuk keliling yang dilakukan sang ayah menurun drastis.

“Sudah jual kerupuknya susah karena Pandemi, ditambah lagi harga minyak mahal buat goreng kerupuknya. Jadi ekonomi saya semakin surut, surut, surut. Uang kuliah bukan sedikit, jadi saya cuma bisa berdoa, kalau harta (untuk mengkuliahkan Islam) saya gak punya Pak. Saya orang miskin. Alhamdulillah dikasih jalan sama Allah (melalui Beasiswa SEMESTA),” lanjut Ibu Apong.

Akan Kuliah dan Kerja di Surabaya

Islam nantinya akan menjalani kuliah di Surabaya sembari bekerja dan digaji. Atas pencapaian tersebut, orang tuanya hanya berpesan kepada Islam untuk terus berprestasi dan menjaga ibadah serta amal sholeh saat di perantauan. “Semakin maju, semakin soleh, dan semoga menjadi anak yang berbakti serta bertaqwa,” pesan Ibu Apong.

Senada, CEO SEVIMA Sugianto Halim MMT mengungkapkan bahwa SEVIMA menaruh harapan besar kepada Islam dan 50 anak yang memperoleh anugerah Beasiswa SEMESTA. Harapannya, peraih Beasiswa SEMESTA akan lulus kuliah dengan skillset yang lengkap baik secara teori maupun praktek di industri IT.

Terlebih, pemenang Beasiswa SEMESTA telah melalui rangkaian seleksi yang cukup panjang dan ketat. Mulai dari Tes Administrasi, CBT (tes berbasis komputer), hingga Hackaton (tes membuat aplikasi). Tes juga dilaksanakan secara transparan, dimana setiap siswa bisa secara langsung melihat nilai tes berbasis komputer setelah tes selesai dilaksanakan.

“Beasiswa tahun ini adalah keempat kalinya Beasiswa SEMESTA dianugerahkan, dan kalian (para pemenang) adalah putra-putri bangsa yang berprestasi. Harapannya lewat beasiswa ini, di masa yang akan datang bisa lahir para generasi tangguh di bidang teknologi,” ungkap Sugianto.

Semua rangkaian seleksi berlangsung sejak Beasiswa SEMESTA diluncurkan pada 1 Maret 2022. Peluncuran dan penganugerahan Beasiswa ini secara virtual dihadiri oleh Ketua MPR Bambang Soesatyo, Ketua DPD La Nyalla Mattalitti, Tujuh Menteri Kabinet Indonesia Maju, serta Puluhan Gubernur, Walikota, Bupati, dan Kepala Lembaga dari Seluruh Indonesia.

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam sambutannya, juga mengapresiasi terpilihnya Islam serta anak Pondok Pesantren dan Madrasah Aliyah di seluruh Indonesia yang mengikuti dan berkesempatan memenangkan beasiswa ini. Beasiswa SEMESTA, ungkapnya, menjadi program yang sangat mulia bagi Indonesia yang sedang bertumbuh.

“SEVIMA mencari siswa-siswi bertalenta, termasuk bagi siswa-siswi Madrasah, merupakan investasi terbaik masa depan bangsa. Karena dalam kacamata agama, memberikan akses pendidikan adalah amal jariyah atas kebermanfaatan ilmu. Program ini sangat strategis dan relevan dalam mendukung visi pemerintah SDM unggul maju,” pungkas Menteri Agama.

###

Comment