MEDIAWARTA, MAKASSAR – Moh Ramdhan “Danny” Pomanto baru saja lengser dari kursi “empuk” yang didudukinya selama hampir 10 tahun.
Namun, meski memimpin Makassar selama dua periode, kinerja politisi berlatarbelakang arsitek itu dianggap biasa- biasa saja, tak ada yang monumental.
Bandingkan dengan kepemimpinan 10 tahun walikota sebelumnya, Ilham Arief Sirajuddin yang dikenang dengan karyanya merevitalisasi Pantai Losari dan Karebosi.
Danny Pomanto dinilai hanya pintar merangkai deretan kata program yang terdengar keren dan bombastis, tapi hasilnya jauh dari harapan.
Bahkan, menurut pengamat politik Unhas, Dr Rahmat Muhammad, Danny Pomanto banyak meninggalkan bengkalai. Terutama dalam penanganan sampah, banjir, transportasi.
“Misalnya, masalah sampah dan banjir. Tidak ada indikator yang bisa dilihat yang menunjukkan bahwa kondisi dan penanganannya lebih baik dalam 10 tahun,” kata Rahmat, Kamis (20/2/2025).
Program yang dicanangkan Danny di mata Rahmat juga banyak yang mengawan-awan. “Bagus didengar tapi realitasnya jauh dari yang dharapkan. Banyak program bombastis tapi tidak ada realisasi,” tegasnya.
Contoh program yang bombastis Danny yakni pembangunan TPA Bintang 5 yang tidak pernah teralisasi yang kemudian diikuti proyek Pengelolaan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL). Program bank sampah dan sampah tukar beras juga hanya nyaring di awal pemerintahan Danny.
Selain itu, Danny juga sempat menggembor-gemborkan akan menghadirkan moda transportasi Pete-pete Smart di awal berkuasa, sayang hingga akhir pemerintahannya, program ini tak terwujud.
Pete-pete smart digagas Danny Pomanto di periode pertamanya. Program ini dilaunching pada 2016 lalu. Armada ini dilengkapi dengan halte kapsul dan dilengkapi WiFi, televisi serta penyejuk udara.
“Itukan sampai periode kepemimpinan pak Danny berakhir, tidak ada realisasi,” ungkap dia.
Rahmat yang mencoba mengevaluasi kepemimpinan Danny menegaskan, tidak ingin menyebutkan pemerintahan sang arsitek itu buruk, tapi ia juga sangat berat untuk mengatakan bagus. “Hanya cukup. Tapi tidak istimewa,” sambung Rahmat.
Apa indikator dari penilaian Rahmat? Ia menjelaskan bahwa dari perspektif pemerintahan, Danny seringkali mengabaikan kompetensi dan skill dalam penempatan pejabat atau pemberian jabatan.
Ia pun berharap Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham (MULIA) yang baru saja dilantik bisa memperbaiki kondisi ini. Menurutnya, pengabaian kompetensi di pemerintahan sangat berpengaruh pada layanan publik.
“Ini harus diperbaiki pemerintah berikutnya karena itu akan berbanding lurus dengan kualitas layanan pemerintah kota,”tegasnya.
Rahmat juga menyoroti banyaknya pengangkatan pelaksana tugas (plt) dan pencopotan pejabat yang dilakukan Danny sesuka hatinya. Termasuk RT/RW yang amburadul dan menjadi konflik di tengah masyarakat.
Masih terkait dengan pengabaian kompetensi, Rahmat juga menganggap di periode Danny terlihat jelas penunjukan pejabat karena alasan suka atau tidak suka.
”Terlalu kental like and dislike. Lebih condong ke suka dan tdak suka, bukan kompetisi,” kritiknya.
Ditegaskan Rahmat, ini perlu menjadi perhatian besar Pemerintahan yang baru. Alasannya, memilih dan menempatkan seseorang di jabatan tertentu berdasarkan like and dislike itu sangat merusak.
Dalam perpektif leadership, Rahmat juga menyoroti Danny. Ia menilai mentalitasnya terkadang tidak mencerminkan prinsip Sipakatau atau saling memanusiakan sebagaimana cerminan budaya orang Sulsel. Itu kata dia bisa dilihat dari berbagai kejadian dimana Danny melontarkan kata-kata yang kurang pas.
Danny juga suka menyalahkan orang lain.
Tidak sedikit rekam jejaknya menunjukkan DP pemimpin yang enteng sekali melontarkan kata yang kemungkinan bisa mengganggu dan melukai perasaan orang lain.
“Makanya, kita tentu mengharapkan pemerintah ke depan harus jadi pemimpin yang sejuk dalam bertutur kata dan tidak punya kebiasaan melempar kesalahan kepada pihak lain,” ujarnya.
Comment