Legislator PKB: Dilan Komitmen Dukung Kegiatan Keagamaan

MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Umat Islam di seluruh penjuru dunia merayakan tahun baru 1442 hijriah pada Kamis (20/8/2020) lalu. Sayangnya, gegap gempita tahun baru Islam kerap kalah meriah dibandingkan tahun baru masehi, bahkan di wilayah yang mayoritas penduduknya muslim, seperti di Kota Makassar, Sulsel. Hal demikian terjadi sudah sejak 6 tahun terakhir.

Anggota DPRD Sulsel dari Fraksi PKB, Fauzi A Wawo, menyampaikan meriah tidaknya syiar Islam di sebuah daerah sangat bergantung kepada pemimpinnya. Kalau pemimpinnya abai dan tidak peduli umat, maka kegiatan-kegiatan keagamaan termasuk tahun baru Islam tidak akan dilirik. 

Bang Uci-sapaan akrab Fauzi A Wawo, mengungkapkan hal itu tentunya menjadi atensi PKB. Maka dari itu, salah satu pertimbangan partainya mantap mengusung Syamsu Rizal-Fadli Ananda (Dilan) pada Pilwalkot Makassar 2020 karena pasangan ini punya komitmen mendukung kegiatan-kegiatan keagamaan. 

“Ya ini penting. Kita butuh wali kota yang memang peduli umat, tidak menyepelekan kegiatan-kegiatan keagamaan,” kata legislator dari daerah pemilihan Kota Makassar tersebut, di Makassar, Sabtu 22 Agustus 2020.  

Kekhawatiran PKB cukup beralasan. Dalam catatan yang dihimpun awak media, Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar berulang kali meniadakan kegiatan keagamaan yakni Tahun Baru Islam. Seperti pada tahun 2016 dan 2017 di bawah kepemimpinan Danny Pomanto (DP).

Ironisnya, Pemkot Makassar meniadakan kegiatan keagamaan kala itu dengan dalih tidak ada dana. Mereka akhirnya sebatas ikut serta dalam kegiatan pemerintah provinsi. Di sisi lain, Pemkot Makassar malah  menggelontorkan anggaran besar untuk kegiatan lain yakni F8.

“Semoga itu tidak lagi terulang pada pemerintahan berikutnya. Insya Allah, jika Dilan yang diamanahkan, maka tak ada kejadian seperti itu,” ujar Bang Uci menggaransi. 

Bukan tanpa alasan Bang Uci optimistis Dilan tidak akan mengabaikan kegiatan keagamaan. Latar belakang mereka bisa menjadi jaminan. Deng Ical merupakan kader tulen Muhammadiyah dan dikenal dekat dengan banyak ulama. Di pemerintahan lalu, Deng Ical memang tak bisa berbuat apa-apa karena sebatas 02.

Adapun latar belakang Fadli bisa dibilang lebih ‘ekstrem’. Ia merupakan kader dan pengurus NU, juga putra dari salah satu patron NU Sulsel, Prof Iskandar Idy. “Tidak mungkin Deng Ical dan Fadli abai dengan umat maupun kegiatan keagamaan. Ya mereka ini dididik dan dibesarkan dalam lingkungan tersebut. Apalagi Fadli, ia asli berdarah NU, ayahnya itu pejuang dan mantan ketua NU wilayah,” tandasnya.(rls)

Comment