Perlu Kreativitas dan Komunikasi Efektif Menghadapi Tantangan Belajar Online

MEDIAWARTA.COM, KENDARI – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 23 Juli 2021 di Kendari, Sulawesi Tenggara. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Adapun tema saat ini adalah “Menjaga Kualitas Belajar dari Rumah”.

Program kali ini menghadirkan empat narasumber yang terdiri dari Dosen Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar Muhammad Rhesa, Akademisi Erfan Hasmin, Presenter Televisi Anastasya Lensun, dan Founder Kaki Gatal Production Suhandri Lariwu. Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Arin Swandari selaku penulis. Kegiatan yang kembali digelar di Kendari ini mendapatkan antusias yang luar biasa, terlihat dari total peserta yang mengikuti kegiatan kali ini yaitu 1.104 peserta yang berasal dari berbagai kalangan. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan peserta sebanyak 57.550 orang.

Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. “Infrastruktur digital tidak berdiri sendiri. Jadi, saat jaringan internet sudah tersedia, harus diikuti dengan kesiapan-kesiapan pengguna internetnya agar manfaat positif internet dapat dioptimalkan untuk membuat masyarakat semakin cerdas dan produktif,” kata Presiden. 

Pemateri pertama adalah Erfan Hasmin yang membawakan tema “Sukses Belajar Online dengan Kemampuan Literasi Digital”. Menurut dia, sejumlah persoalan yang dihadapi ketika belajar daring cukup banyak, misalnya jaringan internet dan ketersediaan perangkat yang terbatas, gangguan ketika berada di rumah, serta masih gagap dalam penggunaan teknologi. Oleh sebab itu, agar kegiatan belajar tetap efektif tentu harus didukung dengan pengurangan beban atau penyesuaian kurikulum. “Guru harus memberikan variasi aktivitas dan tugas sesuai minat dan kondisi masing-masing siswa, termasuk kesenjangan akses dan fasilitasnya,” katanya. 

Berikutnya, Anastasya Lensun menyampaikan materi berjudul “Upaya Mencegah, Mendeteksi dan Menyikapi Cyberbullying”. Ia mengatakan, keinginan untuk dikenal dan terkenal membuat warganet kerap mengumbar aktivitas dan informasi detail pribadinya, padahal ini bisa menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. “Cara mengobati anak yang menjadi korban cyberbullying yaitu ajak berdiskusi, tetap beri dukungan tanpa memperburuk situasi, blokir akun pelaku, serta laporkan kepada orang tua atau guru tentang apa yang terjadi,” jelasnya. 

Sebagai pemateri ketiga, Muhammad Rhesa membawakan tema tentang “Literasi Digital bagi Tenaga Pendidik dan Anak Didik di Era Digital”. Menurut dia, peserta dan pendidik secara psikologis harus mampu beradaptasi dari kenyamanan tatap muka pada kebiasaan belajar daring. Beberapa kiat yang bisa dilakukan diantaranya, memanfaatkan media seperti video tutorial, bangun komunikasi dengan wali murid, membuat ringkasan materi, serta pemberian tugas kepada siswa untuk mendorong aktivitasnya. “Guru juga dapat menerapkan blended learning atau perpaduan metode pembelajaran daring dan tatap muka dalam penyampaian materi tertentu,” jelasnya.  

Adapun Suhandri Lariwu, sebagai pemateri terakhir, menyampaikan tema mengenai “Menjaga Keamanan Digital Bagi Anak-Anak di Dunia Maya”. Ia mengatakan, penggunaan internet jika tidak dikelola secara bijak tentu dapat berdampak buruk bagi anak-anak. Misalnya saja, anak cenderung mengisolasi diri, menjadi pemarah, sakit fisik seperti mata dan punggung, kurang fokus dalam belajar, serta lambat dalam tumbuh kembang.

Setelah pemaparan materi oleh semua narasumber, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu moderator. Terlihat antusiasme dari para peserta yang mengirimkan banyak pertanyaan kepada para narasumber. Panitia memberikan uang elektronik senilai Rp 100.000 bagi 10 penanya terpilih.

Program Literasi Digital mendapat apresiasi dan dukungan dari banyak pihak karena menyajikan konten dan informasi yang baru, unik, dan mengedukasi para peserta. Kegiatan ini disambut positif oleh masyarakat Sulawesi. “Sekarang ini banyak bermunculan konten perundungan, tapi menjadi bahan candaan oleh anak-anak, bagaimana cara mencegahnya ” tanya Fajar yang merupakan salah satu peserta dari kegiatan Literasi Digital di Kendari. Menurut Anastasya, untuk melawan konten negatif tersebut, setiap warganet punya tanggung jawab untuk terus menyebarluaskan konten yang positif. 

Comment