ESG Menjadi Kunci PT Vale Wujudkan Praktik Nikel Bersih di Indonesia

MEDIAWARTA, JAKARTA – Industri nikel di Indonesia kerap menghadapi stigma sebagai “dirty nickel” atau tambang kotor, yang menyiratkan bahwa aktivitas tambang membawa dampak negatif bagi lingkungan dan kualitas hidup di area operasinya. Sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia menjadi pusat perhatian global, dan PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) berdiri sebagai pionir dalam industri ini.

Selama lebih dari 56 tahun, PT Vale telah membuktikan bahwa penerapan standar Environmental, Social, and Governance (ESG) memungkinkan terwujudnya praktik pertambangan nikel yang bersih di Indonesia.

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer (CEO) PT Vale, Febriany Eddy, menegaskan bahwa perusahaan beroperasi dengan keseimbangan antara manusia, keuntungan, dan kelestarian planet, melalui prinsip 3P: People, Profit, Planet.

“Kami di PT Vale selalu merencanakan reklamasi lahan seiring dengan pembukaan tambang. Dengan pendekatan reklamasi progresif, kami meminimalkan dampak buruk terhadap lingkungan,” ujar Febriany Eddy dalam wawancara khusus di program Catatan Wens Manggut Liputan6, Rabu (21/8/2024).

Hingga Juni 2024, PT Vale telah membuka lahan tambang seluas 5.761 hektare, dengan 3.780 hektare di antaranya telah direklamasi. Perusahaan juga memiliki fasilitas pembibitan di Taman Kehati Sawerigading Wallacea, yang mampu memproduksi hingga 700.000 bibit pohon per tahun. Komitmen penghijauan PT Vale tidak hanya terbatas pada area konsesi, tetapi juga mencakup rehabilitasi lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang tersebar di lima provinsi Indonesia, dengan luas mencapai 14.630 hektare dari total 33.092 hektare.

Teknologi dan inovasi memainkan peran penting dalam menjaga kelestarian lingkungan sekitar. PT Vale menunjukkan komitmennya dengan menjaga kualitas air Danau Matano di Luwu Timur, sebagai jawaban atas isu pencemaran laut dan sungai merah yang sering dikaitkan dengan industri nikel.

“Kami membuktikan bahwa air limpasan tambang di Sorowako dikelola dengan baik, sehingga kualitasnya tetap terjaga,” tambah Febriany.

PT Vale juga mengoperasikan tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) untuk mendukung operasional pabrik pemrosesan nikel, menunjukkan komitmen perusahaan dalam meminimalkan jejak karbon.

Febriany menegaskan bahwa penerapan prinsip ESG dan praktik pertambangan yang baik bukan hanya respons terhadap tuntutan industri, melainkan tanggung jawab yang melekat pada perusahaan. PT Vale berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitar area operasi, sebagai bagian dari tujuan membangun masa depan yang lebih baik.

“Kegiatan tambang kami berinteraksi langsung dengan masyarakat sekitar. Kami menyadari dampak yang kami bawa, sehingga upaya kami tidak hanya berfokus pada bisnis, tetapi juga pada kehidupan manusia di sekitar kami,” jelas Febriany.

Cara beroperasi yang baik harus didukung oleh tata kelola perusahaan yang baik. PT Vale berkomitmen pada antikorupsi, manajemen risiko, dan menciptakan keragaman serta inklusivitas. Dalam strategi perusahaan, Febriany terus mendorong peningkatan jumlah karyawan perempuan, mencapai 10,79% dari target 10,2% pada tahun 2024.

“Penting bagi kami untuk menciptakan lingkungan inklusif di mana semua orang merasa aman dan bebas berekspresi,” kata Febriany.

Selain itu, PT Vale juga menekankan pentingnya menjaga keamanan dan keselamatan kerja, dengan manajemen risiko yang dipastikan berjalan baik oleh pimpinan perusahaan.

Pada semester pertama 2024, PT Vale menunjukkan kinerja yang solid dengan produksi mencapai 34.800 metrik ton nickel matte, sejalan dengan target tahunan 70.800 metrik ton. Perusahaan juga melanjutkan proyek pengembangan di Morowali, Pomalaa, dan Sorowako Limonite, yang diproyeksikan mulai beroperasi pada 2025 atau 2026.

Blok Pomalaa ditargetkan memproduksi 120.000 ton mixed hydroxide precipitate (MHP) per tahun, sementara Blok Bahodopi di Morowali diproyeksi menghasilkan 71.000 ton feronikel per tahun, dan Sorowako Limonite 60.000 ton MHP per tahun.

Comment