Perlunya Literasi Digital untuk Pembelajaran Daring

MEDIAWARTA.COM, POSO – Kemajuan teknologi saat ini sangat mudah untuk diakses oleh anak-anak. Anak-anak masa kini menggunakan gawai sejak dini dari mulai untuk bermain hingga belajar. Perlunya ada literasi digital bagi anak-anak untuk menjaga keamanan digital hingga etika digital untuk mencegah perundungan siber. Untuk itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo mengadakan Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” hari ini (24/7) secara virtual di Poso, Sulawesi Tengah. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. 

Tema yang diangkat pada webinar ini adalah “Menjaga Kualitas Belajar dari Rumah”. Program kali ini menghadirkan empat narasumber yang terdiri dari Richard Togaranta Ginting selaku dosen Ilmu Perpustakaan dan Sains Informasi Universitas Udayana, Muhammad Yusuf Darmawan selaku pembuat konten dan pendiri @ngemil_lucu, Badruzzaman selaku peneliti dan pegiat literasi sosial budaya, serta Yenti Dwi Rositasari selaku pegiat literasi pendidikan. Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Made Dwi Adnjani. Sebanyak 1.060 peserta antusias mengikuti di Sulawesi. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan peserta sebanyak 57.550 orang.

Pemateri pertama adalah Richard Togaranta Ginting yang membawakan tema “Sukses Belajar Daring dengan Kemampuan Literasi Digital”. Ia mengatakan bahwa literasi digital merupakan hal yang sangat penting, terutama pada kondisi pandemi di mana semua kegiatan dilakukan secara daring. “Kendala belajar daring adalah jaringan internet yang lambat serta gangguan di rumah. Untuk itu, Kemendikbud telah membuat delapan program untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran selama pandemi,” urainya. 

Berikutnya, Muhammad Yusuf Darmawan menyampaikan materi berjudul “Perundungan Siber”. Yusuf menjelaskan bahwa perundungan siber dapat dicegah dengan menerapkan etika bermedia sosial pada anak. Pencegahan perundungan siber tersebut dapat dilakukan baik melalui anak, keluarga, maupun sekolah. 

Sebagai pemateri ketiga, Badruzzaman membawakan tema tentang “Literasi Digital bagi Guru dan Siswa”. Ia memaparkan mengenai realitas budaya digital dalam dunia pendidikan, di antaranya untuk memperkaya materi pelajaran serta sebagai media pembelajaran. “Namun, ada pula kendala yang terjadi, seperti guru dan siswa yang belum melek digital serta keterbatasan jaringan dan kuota internet,” ujar Badruzzaman. 

Pemateri terakhir, Yenti Dwi Rositasari, menyampaikan tema mengenai “Tips Menjaga Keamanan Digital bagi Anak-anak di Dunia Maya”. Ia mengungkapkan, saat ini terdapat gejala sosial akibat penyimpangan sosial yang disebabkan kurangnya perhatian orangtua terhadap keamanan anak-anak di dunia maya. 

Setelah pemaparan materi oleh semua narasumber, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu moderator. Salah satu peserta, M. Rizky Ananda, bertanya mengenai aplikasi yang dapat membuat siswa menjadi proaktif dalam Google Meeting. Menurut Richard, pendidik dapat merekam pembelajaran via Google Meeting, kemudian diunggah ke Youtube agar dapat dilihat serta ditonton ulang oleh para siswa. “Bila perlu, tambahkan pada kolom takarir (caption) mengenai hal-hal apa saja yang harus mereka lakukan,” pesan dia.

Program Literasi Digital ini disambut positif oleh masyarakat Sulawesi. Banyak pihak memberikan apresiasi dan dukungan karena menyajikan konten dan informasi yang baru, unik, dan mengedukasi para peserta.

Comment