Sekda Zulkifly Ketemu Konsulat Jepang, Jajaki Peluang Kerja Sama Pengurangan Sampah Teknologi Maniwa di Makassar

MEDIAWARTA,MAKASSAR – Sekertaris Daerah (Sekda) Makassar Andi Zulkifly bersama Kepala BAPPEDA Makassar Muh Dahyal, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Helmi Budiman dan Kepaka Diskominfo Muh Roem menerima kunjungan rombongan konsulat Jepang di Ruang Rapat Sekda Lantai 3 Kantor Balai Kota Makassar, Kamis (24/7).

Agendanya, silaturahmi dan diskusi mengenai sistem pengelolaan sampah di Kota Makassar. Rombongan dipimpin Kepala Kantor Konsulat Jepang Ohasi Koichi, Penasihat Kebijakan Pembangunan Daerah JICA Shintani Naoyuki.

Sekda Zulkifly mengatakan pihaknya saat ini fokus penanganan persampahan bagaimana mengurangi volume sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Apalagi, hal itu menjadi bagian misi dalam pemerintahan pasangan Munafri Arifuddin – Aliyah Mustika Ilham atau MULIA.

“Kami melihat dua hal yang bisa didiskusikan, salah satunya pengelohan sampah dengan menghasilkan pupuk cair. Nah, kami sudah kerja sama dengan Unhas sebagai pilot project soal pengolahan sampah organik. Karena memang Unhas menjadi salah satu hutan kota di Makassar,” ucap Sekda Zulkifly, Kamis (24/7).

Mantan Camat Ujung Pandang itu mengatakan, Pemkot Makassar tertarik dengan teknologi sampah yang diterapkan Pemkot Maniwa menjadi pupuk cair. Apalagi, kondisi Kota Makassar banyak pohon kemudian kuliner-kuliner sehingga potensi sampah organik lumayan banyak.

“Kita punya banyak taman di Makassar dan taman itu membutuhkan pupuk. Nah, kenapa kita tidak kerja sama kan dan mencari pilot project tentang pengolahan sampah menjadi pupuk cair ini,” ungkapnya.

Selain itu, kata Andi Zul–sapaan akrabnya menyampaikan, Pemkot Makassar soal pengelohan sampah fokusnya bagaimana mereduksi atau mengurangi volume sampah ke TPA. Di mana, setiap kecamatan akan diukur jumlah reduksi sampah.

“Tujuannya, sampah yang ada bisa dikurangi sampai ke TPA,” ungkapnya.

​Terpisah, Direktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Prof Dorothea Agnes Rampisela mengatakan, pertemuan ini membahas melihat proyek kolaborasi antara Makassar dan Maniwa tidak sekedar berhenti bantuan JICA. Tetapi, betul-betul bisa bermanfaat seperti pengurangan sampah.

“Kami sudah sepakat meniru pola Kota Maniwa, bagaimana sampah diubah menjadi pupuk cair. Kita berharap, bisa menambah pendapatan urban farming yang diinginkan pak wali,” jelas Prof Dorothea.

Lebih jauh, kata dia, kolaborasi ini sudah berjalan dan telah ditetapkan sebagai proyek percontohan (pilot project) yang kini memasuki tahun kedua. Universitas Hasanuddin (UNHAS) menjadi salah satu garda terdepan dalam implementasi proyek ini. Di UNHAS, fokus utama ditempatkan pada edukasi dan penelitian.

Fasilitas pengolahan sampah akan dibangun untuk meningkatkan pemahaman dan memfasilitasi riset mahasiswa. Lebih dari itu, proyek ini bertujuan mendidik generasi muda agar memiliki kesadaran tinggi dalam memilah sampah. Proyek percontohan ini akan berlanjut hingga tahun ketiga pada tahun depan.

​”Dukungan signifikan juga akan datang dari pemerintah Jepang. Apabila Pemkot Makassar dan Kota Maniwa berhasil menyusun proposal yang komprehensif dan berkualitas, pemerintah Jepang siap memberikan dukungan finansial untuk merealisasikan hasil-hasil dari proyek percontohan ini,” ungkapnya.

“Besaran dana akan disesuaikan dengan proposal yang diajukan.

​Dengan dukungan ini, Makassar diharapkan mampu membangun sistem pengolahan sampah yang modern dan efektif. Harapannya, Kota Makassar dapat mewujudkan target bebas sampah dalam kurun waktu lima tahun ke depan, menjadi contoh kota yang berkelanjutan di Indonesia,” tambahnya. (*)

Comment