Menyalakan Lentera Literasi Keuangan dari Timur Nusantara

OJK Sulampua Menembus Desa, Menggenggam Asa Masyarakat agar Tak Tersesat di Rimba Finansial.

MEDIAWARTA,MAKASSAR — Di tengah hamparan sawah Desa Bacu yang hijau dan tenang, riuh tepuk tangan pecah ketika papan bertuliskan “Kick-Off Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI)” resmi terpasang. Hari itu, bukan sekadar seremoni. Bagi warga Desa Bacu, Kabupaten Bone, inilah gerbang menuju masa depan ekonomi yang lebih cerah masa depan di mana setiap warga desa bisa menabung, bertransaksi digital, hingga mengakses pembiayaan tanpa rasa takut.

“Ini bukan lagi mimpi,Dulu masyarakat kami menyimpan uang di bawah bantal, takut ke bank karena merasa tidak paham. Sekarang, mereka sudah punya rekening dan tahu cara menggunakan layanan keuangan dengan aman,”ujar Andi Darmawati, Kepala Desa Bacu, dengan mata berkaca.

Langkah kecil yang berarti besar itu adalah bagian dari perjalanan panjang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua). Hingga September 2025, lembaga ini telah menorehkan jejak edukasi di pelosok negeri dengan 2.261 kegiatan literasi keuangan yang menjangkau lebih dari 2,2 juta peserta dari pelajar hingga pelaku UMKM, dari perempuan desa hingga pekerja sektor informal.

“Kami tidak ingin literasi keuangan hanya berhenti di ruang kelas atau seminar. Ia harus menjadi gerakan yang mengubah cara berpikir dan hidup masyarakat,”Moch Muchlasin, Kepala OJK Sulselbar.

Tak hanya mengajarkan konsep, OJK juga hadir dengan aksi. Dalam Program Desa Ekosistem Keuangan Inklusif (EKI), masyarakat tak sekadar mendengar teori, tapi langsung mempraktikkan keuangan modern seperti halnya membuka rekening, mencoba transaksi non-tunai, hingga memahami cara mengakses pembiayaan produktif seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR).

“Di sinilah letak keajaibannya,Begitu mereka mencoba sendiri, rasa percaya diri muncul. Mereka sadar, sistem keuangan bukan milik orang kota saja
” ujar Amiruddin Muhidu, Kepala Divisi Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Sulselbar

Kini, Desa Bacu menjadi satu dari delapan Desa EKI di Sulawesi Selatan. Desa-desa ini menjadi pionir gerakan literasi keuangan berbasis masyarakat, tempat warga belajar sekaligus berdaya.

Menjaga dari Bayang-Bayang Layanan Ilegal

Namun, di balik semangat literasi, ancaman tetap mengintai. Masih banyak masyarakat yang tergoda pinjaman online ilegal atau investasi bodong. Karena itu, OJK memperkuat fungsi perlindungan konsumen. Hingga akhir September 2025, sebanyak 4.217 layanan konsumen telah ditangani di wilayah Sulampua mulai dari permintaan informasi hingga pengaduan serius yang butuh penyelesaian.

Sektor yang paling banyak disentuh masyarakat, Perbankan dan perusahaan pembiayaan, disusul fintech dan asuransi. Ini menunjukkan betapa luasnya jangkauan keuangan formal, namun sekaligus besarnya kebutuhan akan bimbingan dan perlindungan.

Kunci dari semua ini adalah kepercayaan kepercayaan masyarakat pada sistem keuangan, dan kepercayaan lembaga keuangan pada masyarakat kecil yang ingin maju.

Bupati Bone, Drs. Andi Gunadil Ukra, menegaskan bahwa program EKI sejalan dengan visi pembangunan daerah dalam memperkuat ekonomi dari akar rumput.

“Desa adalah fondasi ekonomi. Jika ekonomi desa kuat, maka kabupaten pun akan tumbuh,” ujarnya.

Caption OJK Sulampua Menembus Desa Menggenggam Asa Masyarakat agar tak tersesat di Rimba Finansial

OJK bersama Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD), pemerintah daerah, dan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) terus memperkuat sinergi ini. Mereka tak hanya mengedukasi, tapi menciptakan ekosistem yang nyata seperti akses pembiayaan produktif, literasi digital, dan kemandirian finansial.

Cerdas Keuangan Sejak Dini

Tak hanya di Bone, semangat itu juga menyala di Kabupaten Enrekang. Di SMA Negeri 2 Enrekang, ratusan pelajar duduk antusias mengikuti workshop “Cerdas Keuangan Sejak Dini”.

“Menabung itu bukan soal besar kecilnya uang, tapi soal membangun kebiasaan,” ucap Amiruddin Muhidu kepada para pelajar

Di tangan mereka, kertas kecil bertuliskan “mimpi keuangan” mulai dari ingin kuliah tanpa utang, membuka usaha kecil, hingga membantu orang tua.

Bagi mereka, pelajaran hari itu bukan hanya tentang angka. Itu tentang mimpi.

“Kami ingin belajar bagaimana mengelola keuangan dengan baik agar kelak bisa hidup lebih mandiri dan bisa bantu orang tua,” tutur Ulfa salah satu Siswa SMA Negeri 2 Enrekang

Caption : OJK Sulselbar Melakukan Literasi Keuangan di SMA Negeri 2 Enrekang
Caption : OJK Sulselbar Melakukan Literasi Keuangan di SMA Negeri 2 Enrekang.

Edukasi di Enrekang menjadi bagian dari Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (Gencarkan) dan implementasi EKI 2025. Dalam dua hari, OJK menggandeng pemerintah daerah, camat, kepala desa, guru, dan pelajar untuk memahami pentingnya pengelolaan keuangan yang bijak dan inklusif.

“Semangat yang dibawa OJK ini luar biasa. Kami ingin camat dan kepala desa menjadi jembatan pengetahuan bagi masyarakat,” kata Suparman P, Sekretaris Daerah Kabupaten Enrekang.

Ia menegaskan, kegiatan ini memberi dampak nyata, masyarakat mulai menjauhi pinjaman ilegal dan lebih percaya menggunakan layanan keuangan resmi.

Ketika sore tiba, warga Desa Bacu berbaris membuka rekening pertama mereka. Seorang ibu rumah tangga tersenyum lebar ketika kartu ATM-nya keluar dari mesin. “Sekarang saya bisa menabung untuk sekolah anak,”tutur Munarti warga Desa Bacu

Dari momen kecil seperti inilah perubahan besar dimulai.
Dari desa di timur Nusantara, lentera literasi keuangan perlahan menyala menyinari perjalanan jutaan masyarakat menuju masa depan yang lebih inklusif, mandiri, dan berdaya

Comment