MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Kota Makassar dipastikan menjadi tuan rumah Asian Conference on Remote Sensing (ACRS) ke-46, yang akan berlangsung pada tahun 2025.
Konferensi bergengsi di bidang penginderaan jauh ini, diharapkan membawa dampak signifikan bagi pengembangan ilmu pengetahuan, sekaligus mempromosikan potensi alam dan budaya Indonesia di kancah internasional.
Kesiapan Makassar dipresentasikan dalam pertemuan Asian Association on Remote Sensing (AARS) di Colombo, Sri Lanka, oleh Ketua Umum Masyarakat Ahli Penginderaan Jauh Indonesia (MAPIN), Dr. Agustan, didampingi Ketua Panitia ACRS 2025, Dr. Ilham Alimuddin, dan perwakilan MAPIN Komisariat Makassar, Dr. Hendra Pachri.
Pemilihan ini merupakan hasil keputusan AARS pada pertemuan tahun lalu di Taiwan, di mana Makassar berhasil mengungguli Chiang Mai, Thailand.
Keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk Universitas Hasanuddin, Pemerintah Kota Makassar, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, serta UNESCO Global Geopark Maros-Pangkep.
“Makassar memiliki keunggulan sebagai kota dengan fasilitas memadai, kekayaan budaya, dan potensi alam yang luar biasa. Semua ini menjadi daya tarik yang tidak dimiliki tempat lain,” ujar Dr. Agustan.
Konferensi yang akan diselenggarakan di Hotel The Rinra Makassar ini, dirancang menjadi lebih dari sekadar ajang ilmiah.
ACRS 2025 juga, akan menjadi momen untuk memperkenalkan kekayaan budaya dan keindahan alam Sulawesi Selatan kepada dunia.
Berbagai program menarik telah dirancang, termasuk scientific conference, workshops, serta kunjungan ke Maros-Pangkep, kawasan karst kelas dunia yang kaya akan seni prasejarah dan keunikan geologi.
Agenda utama lainnya mencakup Summer Camp, sebuah kegiatan pra-konferensi untuk membangun kolaborasi internasional, serta general AARS meeting, yang akan menjadi forum diskusi tematik.
Tidak ketinggalan, cultural night akan menampilkan kekayaan seni dan budaya Makassar, seperti tari tradisional dan kuliner khas Sulawesi Selatan.
Salah satu acara yang paling dinanti adalah kunjungan ke UNESCO Global Geopark Maros-Pangkep, kawasan karst terbesar kedua di dunia setelah China Selatan.
Geopark ini menawarkan keindahan alam luar biasa, ekosistem Wallacea, seni prasejarah berusia lebih dari 40.000 tahun, serta keanekaragaman flora dan fauna unik.
“Ini kesempatan bagi Indonesia, untuk menunjukkan keunikan yang tidak dimiliki negara lain,” ungkap Dr. Ilham Alimuddin.
MAPIN juga menyusun beberapa program tambahan, seperti tur ke dataran tinggi Toraja dan kunjungan ke Stasiun Bumi Pare-Pare.
Semua kegiatan ini dirancang, untuk memberikan pengalaman lengkap kepada peserta konferensi, sekaligus memperkuat promosi pariwisata Sulawesi Selatan.
Selain nilai akademis, ACRS 2025 diharapkan menjadi momentum penting untuk membangun jejaring internasional di bidang penginderaan jauh.
Para akademisi, peneliti, dan praktisi dari berbagai negara akan berkumpul untuk bertukar ide dan inovasi, sekaligus memperkuat kolaborasi di sektor teknologi dan sains.
MAPIN mengajak lembaga, komunitas, serta individu terkait untuk mendukung dan berpartisipasi dalam acara ini.
“Konferensi ini adalah momen penting bagi Indonesia, tidak hanya untuk memperkuat posisi di bidang penginderaan jauh, tetapi juga memperkenalkan kekayaan alam dan budaya kita ke dunia,” tutup Dr. Hendra Pachri.
Informasi lebih lanjut mengenai ACRS 2025 dapat diakses melalui kanal resmi MAPIN.
Makassar kini bersiap mencatat sejarah, menjadikannya pusat ilmu pengetahuan dan budaya di kawasan Asia-Pasifik.
Comment