MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Lembaga poling dalam era demokrasi, terutama di negara-negara maju, selalu mendapat tempat terpercaya. Lembaga ini diniscayai bisa memperbaiki kualitas demokrasi berkat kemampuan mendokumentasikan opini publik secara akurat melalui kegiatan survei.
Tradisi yang terbilang baru dalam demokrasi ini mulai merambah negara-negara berkembang seperti Indonesia, di mana tak sedikit orang yang ingin mencoba tantangan baru di dunia politik. Direktur Eksekutif Celebes Research Center (CRC), Herman Heizer, termasuk salah satu orang yang tertarik terjun dan mendalami dunia tersebut.
Pria berdarah Bugis kelahiran Jambi ini memulai karier pertamanya sebagai peneliti pada 2003. Ketika itu, ia memutuskan bergabung pada Lembaga Survei Indonesia (LSI) di Jakarta. LSI sendiri adalah pelopor lembaga poling politik yang menjadi rujukan banyak orang. Beruntung, Herman dipercaya menjadi koordinator LSI wilayah Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara (Sulselbartra). Sejak itu, suami Syamsiah mulai merambah segmen politik di Sulawesi.
Pertama kali menjejakkan kaki di Kota Daeng, sosok organisator dalam beberapa organisasi seperti pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Makassar, pengurus GP Ansor Sulsel, dan pengurus HMI Ciputat, tentu bukan figur sohor yang sudah dikenal banyak orang. Apalagi, di mata para politisi Sulsel yang belum akrab dengan tradisi survei opini publik saat itu.
Namun, tantangan tersebut dilalui alumni Pondok Pesantren Assyadiah Sengkang dengan tenang. Perlahan ia memberi pemahaman dan meyakinkan para politisi Sulsel terhadap pentingnya survei dalam mengambil keputusan.
Dedikasi yang dilakukan Herman mendapat apresiasi pendiri LSI, Saiful Mujani. Ia kemudian mendapat kepercayaan untuk mengelola wilayah timur Indonesia. Perlahan, ia juga berhasil meyakinkan elite-elite politik di wilayahnya sehingga mulai mendapat kepercayaan. Hal itu dapat dilihat dari antusiasme para politisi untuk disurvei. Sejalan, hasil yang menunjukkan tingkat akurasi tinggi membuat ia semakin dipercaya banyak orang.
Sukses karier ayah Alicia Fatima Heizer dan Nuva Satira Heizer di LSI tak lepas dari hubungan baiknya dengan dosen sekaligus mentornya, Saiful Mujani. “Saiful yang merekrut saya untuk terlibat dalam kelembagaan survei, dan memberi kesempatan melakukan survei di LSI,” ungkap Herman.
Berkat ketekunannya, ia mampu menguasai tugas yang berhubungan dengan angka-angka statistik tersebut. Dari serangkaian survei yang dilakukan, penyuka renang ini paham, untuk mengambil keputusan politik butuh data yang diperoleh melalui survei.
“Data yang akurat penting untuk merumuskan kebijakan dan langkah-langkah strategis secara tepat. Data survei juga diperlukan untuk pemetaan, serta proyeksi seperti apa kecenderungan pemilih terhadap satu masalah yang ingin dipotret. Sejak itulah, saya semakin tertarik untuk menangani survei-survei politik di Sulsel,” tutur Ketua I Bidang Organisasi dan Hukum HIPMI Makassar ini.
Delapan tahun bergabung di LSI, Herman mengaku banyak memperoleh pengalaman. Tempaan Saiful, antara lain menjaga objektivitas data dan pakem akademik sebuah survei, terus dipegang teguhnya sampai sekarang. “Bagi saya, tidak ada toleransi untuk bermain-main dengan angka, apalagi merekayasa hasil. Sebab, pekerjaan ini menjual kepercayaan. Sekali bermain-main, orang tidak akan percaya lagi, dan itu berarti tamat,” tegasnya.
Pengalaman di LSI sudah menjadi modal alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar ini untuk lebih mengembangkan kariernya. Pada akhir 2011, ia memutuskan pamit dari Saiful untuk mendirikan CRC. Perusahaannya sendiri tersebut resmi didirikan pada Januari 2012 di Makassar.
“Di CRC, saya tak sekadar melakukan survei sebagaimana yang dilakukan LSI. Di CRC, saya menyediakan satu divisi khusus untuk pendampingan pemenangan kandidat. Divisi ini melibatkan teman-teman yang memang memiliki pengalaman di bidang jasa konsultasi pemenangan tim,” bebernya.
Dengan demikian, sebut Herman, produk dan pekerjaan yang dilakoninya di CRC lebih variatif ketimbang saat di LSI. “Selain survei dan quick count, lembaga yang saya dirikan ini juga melayani jasa pendampingan. Alhamdulillah, masih ada teman-teman yang memberi kepercayaan,” cetusnya.
Terkait tantangan, kelahiran 7 Juni 1979 ini mengaku tidak ringan. Pasalnya, ia pernah mengalami masa-masa sulit. Masa itu saya harus keliling menggunakan sepeda motor untuk menawarkan survei kepada calon klien. “Sudah bisa dipastikan, bagaimana respons klien yang saya datangi. Kalau respons lumayan, tetapi deal yang sulit,” kenang Herman.
Kendati demikian, ia mengaku bukan tipe orang yang cepat menyerah. “Kepercayaan orang terhadap saya saat ini adalah harta paling berharga yang harus saya jaga baik. Apalagi, dengan mendirikan CRC, tanggung jawab saya semakin bertambah, sebab saya juga harus memikirkan ratusan orang dalam tim survei yang menggantungkan hidupnya di perusahaan ini,” urainya.
Herman optimis, berbekal sumber daya yang dimiliki saat ini, ia yakin dapat membawa CRC setara lembaga-lembaga survei maupun konsultan pemenangan yang sudah eksis terlebih dulu.
“Selama ini, tidak ada kiat khusus yang saya terapkan untuk menjalankan CRC. Saya hanya membangun hubungan emosional dengan klien, sehingga lebih dekat seperti keluarga. Tetapi, yang paling utama adalah kecintaan saya terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan penelitian dan survei,” tandasnya.
Comment