MEDIAWARTA.COM – Kue kompyang mulanya makanan para tentara saat berperang. Konon sebutan kompyang ini berasal dari nama penemunya, Qi Jiguang, yang terinspirasi dari onigiri Jepang.
Kue kompyang pertama kali dikenal ketika Qi Jiguang memimpin tentaranya ke Fujian pada 1562, di mana perompak Jepang selalu bisa menemukan di mana mereka beristirahat lantaran keberadaan mereka dilacak lewat asap dan aroma masakan.
Namun, tidak demikian dengan perompak Jepang yang selalu membekali diri dengan onigiri. Lalu Qi Jiguang membuat kompyang sebagai ransum, sebab keras dan tahan lama. Kue kompyang sengaja dibuat keras dan teksturnya tidak mudah hancur, karena memang pada awalnya roti ini digunakan sebagai bekal untuk tentara Tiongkok yang sedang berperang.
Roti ini berbentuk bulat pipih, dan dulu konon ada lubang di tengahnya yang bertujuan roti ini bisa dirangkai menyerupai kalung, sehingga para tentara bisa dengan mudah memakannya. Pada masa kini, kue kompyang membangkitkan ingatan kita pada makanan ringan tempo dulu.
Kakek, nenek, maupun orang tua, khususnya etnis Tionghoa, mungkin mengenalnya dan menjadikannya sebagai makanan favorit. Akan tetapi, untuk saat ini makanan ringan asal Tiongkok dalam bentuk asli sudah jarang dibuat orang, bahkan hampir tidak ada lagi, apalagi menjualnya.
Seiring perkembangan zaman, orang kembali membuat kompyang, namun sudah banyak sekali variasinya. Kalau dulu roti ini digunakan sebagai bekal tentara untuk berperang, sekarang roti ini sering disajikan sebagai teman minum teh atau kopi, bahkan untuk makanan ringan.
Ada pula yang menyantap roti kompyang ini dengan cara mencelupkannya ke dalam sup krim. Bahkan di zaman modern ini, kue kompyang sudah dimodifikasi, yaitu di dalamnya diisi dengan coklat, keju, kacang hijau, dan berbagai bahan lainnya.
Saat ini, kue kompyang masih bisa dicicip, terutama ketika berada di tempat-tempat tertentu, bahkan sudah naik kelas. Kue ini pun sudah dijual di beberapa hotel dan restoran, bahkan di maskapai penerbangan.
Ketika MediaWarta.com menelusuri Jalan Sangir di kawasan Pecinan Makassar untuk mencari kue ini, ternyata sudah tidak ada lagi pedagang yang menjual kue kompyang seperti aslinya lantaran sudah dimodifikasi berbagai bentuk dan variasi rasa.
Bahkan, warga Tionghoa pedagang kue yang tidak ingin dikutip namanya tersebut, sudah lupa dan tidak mengetahui banyak informasi terkait kue kompyang dalam bentuk asli yang dibawa nenek buyutnya dari Tiongkok dulu.
Comment