MEDIAWARTA,MAKASSAR,– Bunda PAUD Kota Makassar, Melinda Aksa, hadir sebagai narasumber dalam peluncuran buku Mewujudkan Pendidikan Inklusif untuk Anak Usia Dini dengan Pendekatan Montessori karya Adilah Wina Fitria. Kegiatan ini berlangsung di Hotel Ibis Style, Jumat, (25/4/2025).
Acara ini dihadiri oleh guru PAUD se-Kota Makassar, pengurus Pokja Bunda PAUD, pegiat pendidikan anak, serta sejumlah tokoh yang peduli terhadap isu inklusivitas dalam dunia pendidikan.
Pada kesempatan ini, Melinda Aksa menyampaikan apresiasi terhadap karya Adilah Wina Fitria. Menurutnya, buku ini menjadi kontribusi nyata dalam memperluas wawasan tentang pentingnya pendidikan inklusif di kalangan pendidik PAUD.
“Karya ini merupakan kontribusi nyata dalam mendorong terciptanya lingkungan belajar yang ramah dan inklusif bagi semua anak di Kota Makassar,” ucapnya.
Melinda juga menyoroti pentingnya kesiapan guru dalam menghadapi tantangan pendidikan inklusif, terutama dalam menangani Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di ruang kelas reguler.
“Kami melihat masih banyak sekolah, khususnya di tingkat dasar, yang belum memiliki kesiapan menangani anak ABK karena minimnya pelatihan khusus bagi para guru,” jelasnya.
Ia mengisahkan pengalamannya berdiskusi dengan para guru SD negeri di Makassar yang menyampaikan bahwa mereka menerima anak ABK tanpa memiliki bekal pelatihan khusus. Hal ini, menurutnya, sangat menyulitkan bagi guru maupun murid.
“Bayangkan, satu kelas berisi 30 murid, ditambah dua hingga tiga anak ABK, dan gurunya tidak punya latar belakang pendidikan khusus. Ini tidak adil untuk semua pihak,” ujarnya.
Sebagai langkah nyata, Melinda mengungkapkan bahwa saat ini telah dibangun lima PAUD Negeri di lima kecamatan di Kota Makassar. Namun, kelima lembaga tersebut belum beroperasi.
“Keberadaan PAUD Negeri ini adalah bentuk komitmen pemerintah untuk pemerataan akses pendidikan. Namun tentu kita butuh dukungan semua pihak agar dapat segera difungsikan,” tuturnya.
Ia berharap kolaborasi lintas sektor, termasuk dari pihak swasta, akademisi, dan organisasi masyarakat, dapat mempercepat operasional PAUD tersebut, demi menyambut anak-anak, termasuk ABK, dalam ruang belajar yang inklusif.
Ini penting agar anak-anak, termasuk yang berkebutuhan khusus, dapat segera menikmati layanan pendidikan yang inklusif dan berkualitas sejak usia dini,” ujarnya.
Sementara itu, penulis buku, Adilah Wina Fitria, menjelaskan bahwa karyanya lahir dari pengalaman pribadi mendampingi anaknya yang merupakan penyandang disabilitas rungu selama 15 tahun.
“Dari pengalaman itu, saya memahami bahwa sistem pendidikan kita masih punya pekerjaan rumah besar untuk mewujudkan lingkungan yang benar-benar inklusif,” katanya.
Ia menekankan pendidikan inklusif bukan sekadar membuka akses, tetapi juga harus mencakup perubahan dalam sistem, praktik, dan sikap semua pihak terhadap keberagaman anak.
Dalam bukunya, Adilah menyajikan panduan praktis untuk guru PAUD, mulai dari mengenali karakteristik anak, melakukan observasi, penilaian, hingga menyusun Program Pembelajaran Individual (PPI).
Pendekatan Montessori yang diusung dalam buku ini dinilai relevan karena menekankan kemandirian, penghargaan terhadap keunikan anak, dan lingkungan belajar yang fleksibel.
Sebagai pelengkap, buku ini juga menyajikan studi kasus dari sekolah PAUD inklusif Zivana Montessori yang didirikan Adilah di Makassar.
Dalam peluncuran tersebut, turut hadir Prof. Dr. Arismunandar yang juga memberikan pandangan akademik tentang pentingnya pendidikan inklusif dan perlunya keterlibatan semua pihak sejak usia dini.
Acara ditutup dengan seremoni peluncuran buku secara simbolis oleh Melinda Aksa, Prof. Arismunandar, dan Adilah Wina Fitria. Momen ini menjadi langkah awal yang kuat untuk memperkuat gerakan pendidikan inklusif di Kota Makassar.(*)
Comment