MEDIAWARTA, – Di tengah krisis iklim global dan menurunnya keanekaragaman hayati laut, restorasi ekosistem bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Untuk itu, PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) bagian dari MINDID, memperkuat komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan melalui aksi strategis di Pulau Bulupoloe, Sulawesi Selatan—menanam 25 struktur terumbu karang buatan (spider reef) dan mengangkat lebih dari 200 kilogram sampah dari garis pantai yang terancam.
Namun, upaya ini bukan hanya soal “menanam dan selesai.” Seluruh struktur karang buatan akan dipantau secara berkala oleh tim selam profesional dari Sorowako Diving Club (SDC), dengan pencatatan pertumbuhan karang, kehadiran spesies laut, dan evaluasi kualitas perairan. Monitoring dilakukan menggunakan metode visual census dan pencitraan bawah laut, memastikan keberlanjutan restorasi secara ilmiah dan terukur.
Menurut Coord Project Reef Transplantation, Moh Rendra Gunawan Nading, kolaborasi antara SDC dan PT Vale dalam pelestarian ekosistem laut memang kerap dilakukan, mulai dari reef check, program edukasi ke masyarakat dan nelayan terkait diving, serta kegiatan bersih pesisir.
“Untuk kegiatan transplantasi terumbu karang jenis spider, ini yang pertama kali, tapi selanjutnya SDC akan terus terlibat termasuk kegiatan monitoring,” ungkap Rendra, yang turun langsung melakukan transplantasi bersama sebelas orang anggota SDC.
“Restorasi laut tidak cukup hanya dengan menanam. Kami pastikan proses monitoring dilakukan secara berkelanjutan. Ini adalah bentuk tanggung jawab kami untuk menciptakan ekosistem yang benar-benar pulih dan hidup kembali,” sambung Suharpiyu Wijaya, Head of IGP Sorowako Limonite PT Vale.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa industri ekstraktif dapat menjadi bagian dari solusi. Melalui kolaborasi strategis dengan TNI AL Lantamal VI Makassar, Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, Yayasan Konservasi Cinta Laut Indonesia (YKCLI), dan BPSPL Makassar, PT Vale memperlihatkan bahwa perlindungan laut memerlukan pendekatan lintas sektor yang menyatukan kekuatan negara, komunitas, dan dunia usaha.
“Kami sadar bahwa tugas besar ini tidak bisa dijalankan sendiri sehingga sinergi lintas sektoral antara TNI, pemerintah, dunia usaha seperti PT Vale dan masyarakat sipil menjadi kunci untuk memastikan warisan laut dan pesisir bisa dinikmati oleh generasi mendatang,” ungkap Danlantamal VI Makassar, Brigjen TNI (Mar) Dr. Wahyudi, S.E., M.Tr.Hanla., M.M., M. Han.
Wahyudi juga mengajak agar momentum perayaan Hari Mangrove Sedunia yang jatuh pada 26 Juli setiap tahun dimanfaatkan untuk menggaungkan kembali semangat kolaborasi dalam menjaga lingkungan maritim secara holistik dan berkelanjutan.
“Laut adalah masa depan kita, menjaga laut berarti menjaga kehidupan, semoga kegiatan hari ini membawa manfaat yang luas tidak hanya bagi lingkungan tapi juga memperkuat kemitraan strategis antara TNI AL dan seluruh pemangku kepentingan,” kata Wahyudi.
Langkah ini juga selaras dengan prinsip ESG yang dijalankan PT Vale mengacu pada standar internasional agar dapat membuktikan bahwa industri tambang harus memberikan kontribusi positif pada lingkungan, bahkan jauh di luar area operasinya. “Kami percaya bahwa menjaga laut adalah investasi jangka panjang untuk masa depan yang berkelanjutan. Restorasi ini adalah bentuk nyata dari filosofi kami bahwa keberlanjutan bukan sekadar komitmen, tapi tindakan,” ujar Adriansyah Chaniago, Chief Human Capital Officer PT Vale.
Tak hanya memperkaya habitat laut, struktur karang dengan total 150 unit saat ini ditanam oleh PT Vale diharapkan menarik kembali ikan-ikan lokal, menjadi sumber ekonomi berkelanjutan bagi nelayan, serta meningkatkan kualitas perairan di sekitarnya. Melibatkan masyarakat dalam setiap tahap proses juga menjadi pendekatan utama dari pelatihan penyelam lokal hingga edukasi anak muda tentang pentingnya ekosistem laut.
Pulau Bulupoloe hari ini mungkin tampak kecil dalam peta Indonesia, tapi dari sinilah harapan besar dimulai, bahwa dengan kolaborasi, transparansi, dan aksi nyata, kita bisa memulihkan laut Indonesia, satu karang demi satu
Comment