MEDIAWARTA,MAKASSAR,-Ketika mentari sore perlahan tenggelam di ufuk barat Pantai Losari, siluet kota Makassar menyala lembut di bawah cahaya jingga. Di antara deru kendaraan dan hiruk-pikuk pasar tradisional, ada denyut lain yang kini makin terasa denyut ekonomi syariah yang tumbuh perlahan tapi pasti, dipandu oleh tangan-tangan regulator yang bekerja dalam diam, Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sulawesi Selatan dan Barat ,wilayah yang dikenal dengan semangat kerja keras dan nilai religius yang kuat kini menjadi ladang subur bagi keuangan syariah. Dari Gowa hingga Majene, lembaga keuangan syariah menjamur, membawa angin segar bagi masyarakat yang mendambakan sistem ekonomi yang berkeadilan dan sesuai syariat.
Awal tahun 2025, OJK Sulselbar meluncurkan program Gerak Syariah. Sebuah inisiatif yang melibatkan ribuan masyarakat dari santri pesantren hingga pelaku UMKM untuk belajar mengenal dunia keuangan syariah.
Melalui kegiatan edukasi di masjid, kampus, dan bahkan pasar rakyat, OJK membawa pesan sederhana namun kuat,keuangan syariah adalah milik semua orang.
Dalam tiga bulan pertama, lebih dari 97 ribu peserta mengikuti program ini.
Dari mereka yang baru membuka tabungan syariah pertama kali, hingga pengusaha kecil yang belajar mengelola pembiayaan tanpa riba.
“Dulu saya takut meminjam ke bank,Tapi setelah ikut sosialisasi OJK, saya paham ada sistem syariah yang adil dan tidak memberatkan. Sekarang usaha saya bisa berkembang” kata Nurul, seorang penjual kue dari Kabupaten Takalar.
Data terbaru OJK Sulselbar mencatat capaian yang menggembirakan,total aset perbankan syariah mencapai Rp18,26 triliun per Juni 2025, tumbuh 21,08 persen (yoy) lebih tinggi dari perbankan konvensional.
Tak berhenti di situ, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga naik 13,18 persen menjadi Rp12,39 triliun, sementara pembiayaan syariah meningkat 21,06 persen hingga menyentuh Rp15,57 triliun.
Tingkat intermediasi perbankan syariah berada di 125,73 persen, dengan NPF (Non Performing Financing) terjaga di level 2,07 persen,angka yang menunjukkan kualitas pembiayaan yang sehat dan stabil.
Di balik statistik itu, tersimpan kisah tentang kepercayaan masyarakat, kepercayaan bahwa ekonomi dapat tumbuh tanpa harus meninggalkan prinsip-prinsip ilahiah.
Namun di balik gemerlap angka itu, OJK tak lupa pada satu hal paling penting,kepercayaan.
Di dunia keuangan, kepercayaan adalah segalanya. Maka OJK memastikan setiap lembaga syariah patuh terhadap prinsip transparansi dan keadilan, sambil terus memberikan edukasi tentang perlindungan konsumen.
Lewat program LAYARKU (Layanan Literasi dan Inklusi Keuangan ke Daerahku), petugas OJK bahkan turun langsung ke pelosok ke desa-desa di Enrekang, Wajo, hingga Polewali untuk mengajarkan cara mengelola keuangan dengan bijak dan syariah.
Kini, di bawah langit timur Nusantara, keuangan syariah bukan lagi sekadar jargon. Ia tumbuh menjadi gerakan sosial dan ekonomi, menyalakan harapan baru bagi masyarakat Sulselbar.
OJK juga meluncurkan Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah Indonesia 2023–2027 (RP3SI) sebuah peta jalan menuju perbankan syariah yang sehat, efisien, berdaya saing, dan berkontribusi besar bagi perekonomian nasional maupun daerah.
Salah satu langkah inovatifnya adalah pengembangan Cash Waqf Linked Deposit (CWLD), produk perbankan syariah yang menghubungkan semangat filantropi wakaf dengan sistem keuangan modern. Produk ini menjadi simbol keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara profit dan keberkahan.
OJK mungkin bekerja di balik layar, tapi jejaknya nyata, di setiap kios kecil yang tumbuh karena pembiayaan syariah, di setiap ibu rumah tangga yang belajar menabung sesuai syariat, dan di setiap anak muda yang kini percaya bahwa ekonomi bisa maju tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.

Comment