MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Tubuh ibu berusia 45 tahun yang berbaring di atas kasur tua, terbalut selimut lusuh itu tampak tak berdaya di atas lantai rumahnya. Ia tidur ditemani seorang nenek tua berusia 79 tahun, yang hidupnya bergantung pada pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga.
Ibu itu bernama Nurliah, warga Jalan Beringin I Persawahan RT 009, RW 010, Kelurahan Kassi-kassi, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Sesekali ia mengusap air mata yang menetes di pipinya, seakan tidak mampu menanggung beban hidup yang ditanggungnya.
Penderitaannya semakin terasa berat, karena is seorang janda yang ditinggal mati oleh suainya, yang jadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia beberapa waktu lalu. Nurliah sekarang terbaring lemah, dengan 2 kanker yang menempel di batok kepalanya. Untuk biaya hidup, Nurliah hanya bisa berharap banyak pada nenek tua yang tidak lain adalah ibunya sendiri.
Padahal sang ibunda tercinta juga tidak kalah menyedihkan hidupnya. Sehari-hari bekerja sebagai pembantu rumah tangga, dan saat ini tengah terancam dikeluarkan dari pekerjaannya. Itu karena fokus merawat anaknya, sehingga terkadang pekerjaannya ikut terbengkalai.
Menurut seorang tetangganya bernama Haslan, ibu Nurliah sudah hampir delapan kali masuk rumah sakit dan melakukan kemoterapi. Akibat kekurangan dana, ia akhirnya menyerah dan untuk sementara menghentikan proses pengobatannya di rumah sakit. Akibat beban hidup yang sangat berat, terkadang dalam tangisannya, Nurliah berkata “Bawama’ saja ke Sinjai, tidak mampu meka tahan sakit di kepalaku”
Ditambahkan Haslan, sebenarnya untuk biaya pengobatan, Nurliah sudah ditanggung oleh BPJS, karena ia salah satu penerima Kartu Indonesia Sehat (KIS). Tapi masalahnya adalah ibu ini tidak bisa terus menetap di rumah sakit. Sehingga untuk berangkat ke rumah sakit berobat, membutuhkan biaya untuk membayar sewa taksi. Belum lagi sejak sakit, ia tidak bisa lagi produktif untuk mencari uang. Sehingga biaya hidup untuk sekedar makan sehari-hari, ditanggung oleh ibunya yang hanya bekerja sebagai tukang cuci.
Apalagi anaknya juga masih sekolah. Sewaktu ibunya dirawat inap di rumah sakit, ia lah yang sibuk mondar mandir ke Unit Transfusi Darah Jalan Perintis Kemerdekaan atau di PMI untuk mengambil darah.
Melalui tulisan ini, mediawarta.com ingin menggugah nurani pembaca, sekaligus mengajak untuk ikut serta membantu meringankan beban hidup Ibu Nurliah. Mudah-mudahan bantuan yang kita berikan bisa menjadi berkah untuk diri kita sendiri, dan jadi amalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Apalagi sekarang ini merupakan momentum paling tepat, yakni bulan Ramadan.
Bagi yang ingin menyalurkan donasinya, bisa langsung datang ke rumah Ibu Nurliah, atau juga bisa melalui mediawarta.com, dengan menghubungi 081 355 361 420 (Arfah Aksa).
Comment