MEDIAWARTA, JAKARTA — Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) siap menyambut Pekan Menyusui Dunia (PMD) 2025 atau World Breastfeeding Week yang diperingati setiap tanggal 1 hingga 7 Agustus. Dalam peringatan tahun ini, AIMI menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor, khususnya penguatan peran tokoh agama dalam menyebarkan edukasi tentang menyusui kepada masyarakat luas.
PMD merupakan kampanye tahunan berskala global yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menyusui bagi kesehatan ibu dan anak. Dengan tema internasional “Prioritise Breastfeeding” atau “Prioritaskan Menyusui”, PMD 2025 menekankan kaitan antara praktik menyusui yang berkelanjutan dan perlindungan lingkungan, serta perlunya sistem pendukung menyusui yang kuat dari seluruh elemen masyarakat.
AIMI Indonesia menanggapi tema ini dengan mengadakan serangkaian program sepanjang Agustus 2025, dengan kegiatan utama berupa Workshop Ustaz Ustazah (WUU). Inisiatif ini menjadi sorotan karena mengusung pendekatan berbasis nilai-nilai keagamaan yang menyentuh akar budaya dan spiritual masyarakat Indonesia.
Acara WUU 2025 akan dilaksanakan pada Minggu, 10 Agustus 2025, pukul 08.00–17.00 WIB, bertempat di Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ), Pondok Cabe, Tangerang Selatan. Workshop ini ditujukan bagi 50 peserta terpilih yang terdiri dari ustaz/ustazah, dosen mata kuliah keislaman, pembina lembaga zakat, serta tokoh dari organisasi berbasis Islam di wilayah Jabodetabek.
Melalui kegiatan ini, AIMI ingin memperkuat peran para pemuka agama dalam mendukung gerakan menyusui, terutama karena praktik menyusui juga memiliki landasan kuat dalam ajaran Islam. Ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menganjurkan menyusui hingga dua tahun menjadi pijakan kuat dalam menyampaikan edukASI berbasis syariah.
Tiga narasumber utama akan mengisi sesi WUU 2025. Dr. Asti Praborini, Sp.A, IBCLC, FABM—dokter anak dan aktivis ASI—akan menyampaikan materi tentang keajaiban menyusui dan bahaya penggunaan susu formula secara tidak tepat. Sementara Ustazah Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm, dan KH. Dr. Ali Nurdin, MA, akan membawakan kajian dari sisi keagamaan dan tafsir.
“Ketika ulama bersuara, masyarakat mendengar. Maka edukasi menyusui melalui jalur agama akan lebih membumi dan menyentuh,” ujar Sarah Anggina, Rabu (29/7/2025).
Ketua Divisi Dana Usaha dan Event AIMI Pusat. Ia menambahkan bahwa menurunkan angka stunting bukan hanya tugas tenaga kesehatan, tetapi juga amanah umat.
Ketua AIMI Pusat, Nia Umar, S.Sos., MKM., IBCLC., menegaskan pentingnya dukungan menyeluruh dalam praktik menyusui.
“Menyusui adalah hak setiap ibu dan anak. Tapi untuk bisa berhasil, dibutuhkan dukungan dari sistem, keluarga, dan lingkungan. Tidak ada ibu yang seharusnya berjuang sendirian,” tuturnya.
Selain tokoh agama, AIMI turut mengundang berbagai institusi, organisasi, dan individu untuk terlibat dalam kampanye PMD 2025. Namun, sesuai dengan prinsip independensi dan objektivitasnya, AIMI menolak bentuk kerja sama dengan pihak yang berkaitan dengan susu formula, dot, empeng, makanan ultra-proses, dan booster ASI berbahan kimia.
AIMI juga membuka kesempatan bagi komunitas dan lembaga pendidikan yang ingin mengadakan edukASI menyusui untuk menghadirkan konselor AIMI sebagai narasumber. Para konselor siap menyampaikan informasi berbasis ilmu pengetahuan dan pengalaman langsung dari lapangan.
Gerakan ini juga terintegrasi dengan program nasional 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang menjadi fondasi penting dalam mencegah stunting dan meningkatkan kualitas generasi masa depan.
AIMI berharap WUU dan seluruh rangkaian kegiatan PMD 2025 dapat memperkuat jejaring dukungan menyusui berbasis nilai-nilai agama, ilmu pengetahuan, dan budaya lokal yang relevan. Dengan begitu, praktik menyusui tidak hanya menjadi pilihan, tetapi juga bagian dari kesadaran kolektif bangsa.
Comment