MEDIAWARTA, JAKARTA – Di tengah ketatnya persaingan industri fesyen Tanah Air, muncul kisah inspiratif dari seorang pemuda yang berani bermimpi besar. Melalui brand sepatu perempuan bernama BLIZER, Aditya Permana Hidayat membuktikan bahwa konsistensi dan strategi digital yang tepat mampu mengubah usaha rumahan menjadi bisnis yang berkembang pesat. Mengawali usahanya dari bengkel sepatu sederhana milik keluarga, kini BLIZER menjelma menjadi salah satu UMKM berbasis digital yang sukses berkat dukungan ekosistem Shopee.
Perjalanan Aditya dimulai pada usia 24 tahun, ketika ia mendirikan BLIZER bersama sang istri. Meski tanpa latar belakang bisnis, ia memiliki tekad kuat untuk menghadirkan produk lokal berkualitas yang relevan dengan pasar.
“Saya memulai BLIZER dengan modal terbatas dan tantangan besar. Tapi saya percaya pada satu hal: kualitas dan konsistensi akan membawa hasil,” ujar Aditya, Selasa (29/7/2025).
Transformasi dari Produksi Rumahan ke Produk Sepatu Heels Andalan
Kisah BLIZER bermula dari bengkel sepatu sederhana di rumah. Sang istri sebelumnya sempat merintis usaha serupa, namun sempat vakum. Tahun 2023, Aditya memutuskan untuk menghidupkan kembali bisnis tersebut dengan pendekatan baru. Awalnya mereka memproduksi sandal mules wanita yang sedang tren, namun penjualannya tidak sesuai harapan.
Alih-alih menyerah, Aditya melakukan riset mendalam terhadap pasar dan tren. Hasilnya, ia menemukan peluang besar di segmen sepatu heels wanita. Maka lahirlah produk andalan pertama BLIZER, ZER NISA, sepatu heels dengan hak tahu 5 cm dan desain pita slingback yang manis namun tetap nyaman digunakan sehari-hari.
Diluncurkan pada November 2024, produk ini langsung mendapat sambutan luar biasa dari konsumen. Penjualannya melonjak tajam di awal 2025 hingga BLIZER harus menambah jumlah bengkel produksi dari satu menjadi lima. “ZER NISA benar-benar membuka pintu rezeki bagi kami dan menciptakan lapangan kerja baru di sekitar lingkungan kami,” tambah Aditya.
Shopee Jadi Katalis Pertumbuhan BLIZER
Langkah besar berikutnya terjadi saat BLIZER bergabung dengan Shopee pada Juli 2024. Platform e-commerce ini menjadi tulang punggung pertumbuhan mereka. Menurut Aditya, hampir 100% penjualan BLIZER saat ini berasal dari Shopee. Berkat fitur seperti Shopee Live, Shopee Video, dan kampanye Shopee Pilih Lokal, BLIZER berhasil menjangkau lebih banyak pelanggan dalam waktu singkat.
“Shopee membuka peluang besar bagi kami, mulai dari pemasaran, promosi, hingga layanan logistik. Platform ini memudahkan kami tumbuh dari skala kecil ke skala yang lebih luas secara efisien,” jelas Aditya. Tercatat, dalam tiga bulan terakhir, jumlah pesanan BLIZER naik hingga 90 persen.
Ke depan, Aditya berencana membangun studio khusus untuk Shopee Live agar dapat berinteraksi langsung dengan pelanggan secara lebih intensif dan konsisten. Ia meyakini pendekatan personal ini akan meningkatkan loyalitas pelanggan dalam jangka panjang.
Lonjakan Penjualan Saat Kampanye Shopee
Salah satu momen paling mengesankan bagi BLIZER adalah saat mengikuti kampanye Big Ramadan Sale di Shopee. Dalam periode tersebut, BLIZER mencatatkan lonjakan transaksi lebih dari 84% dibanding hari biasa. Hal ini semakin memperkuat kepercayaan Aditya terhadap kekuatan promosi digital yang terarah.
Melihat tingginya permintaan, Aditya dan tim tengah bersiap menambah kapasitas produksi guna menghindari kekosongan stok di masa mendatang. “Kami ingin memastikan pelanggan tetap mendapatkan produk terbaik tepat waktu, terutama saat momen belanja besar,” ujarnya.
Refleksi & Pesan untuk Anak Muda
Meski telah meraih banyak pencapaian, Aditya tetap rendah hati dan menyebut dirinya sebagai pemuda yang masih terus belajar. Ia berharap kisah BLIZER bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk tidak takut memulai bisnis sejak dini.
“Bisnis bukan soal cepat kaya, tapi soal membangun proses, kepercayaan, dan konsistensi. Mulailah dari yang kecil, jangan malu belajar, dan fokus pada kualitas. Dari situlah kepercayaan konsumen akan terbentuk,” pungkasnya.
Melalui kisah ini, BLIZER bukan sekadar cerita sukses bisnis, melainkan juga bukti nyata bagaimana anak muda Indonesia bisa berkarya, berinovasi, dan berkontribusi terhadap perekonomian lokal – bahkan sebelum usia 30 tahun.
Comment