MEDIAWARTA.COM, MAKASSAR – Regional General Manager Hotel Santika wilayah Sulawesi dan Maluku, Yuli Priyono memimpin meeting budgeting guna menyusun business plan pengembangan unit bisnis hotel di Indonesia timur.
Kegiatan dihadiri general manager dari unit bisnis di bawah Santika Group of Hotels and Resorts, Amaris Hotel wilayah Sulawesi dan Maluku.
Meeting dilaksanakan Sabtu (30/7/2016), dengan maksud membicarakan penyusunan budget Hotel Santika dan Amaris Hotel wilayah Sulawesi dan Maluku pada 2017.
“Kami harapkan, dengan adanya meeting ini, target yang telah ditentukan untuk 2017 mendatang, nantinya bisa tercapai dan dapat bersaing di tengah pertumbuhan hotel yang semakin pesat,” terang Yuli kepada MediaWarta.com usai meeting di Hotel Santika, Jalan Sultan Hasanuddin, Makassar.
Sekadar diketahui, Hotel Santika, yang dalam formasi formalnya disebut Santika Indonesia Hotels and Resorts adalah salah satu grup hotel di Indonesia dan dikelola PT Grahawita Santika, unit bisnis KelompokKompas Gramedia (KKG). PT Grahawita Santika didirikan pada 22 Agustus 1981. Santika telah memiliki lebih 40 hotel yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Sejak 2006, Santika mengubah strateginya berdasarkan segmentasi pasar dengan membagi beberapa brand menjadi The Royal Collection, Hotel Santika Premiere, Hotel Santika, dan Amaris Hotel.
PT Grahawita Santika didirikan untuk mengelola bisnis perhotelan di bawah KKG. Hotel Soeti adalah hotel pertama yang dibeli dari pemiliknya, Soetiyah Pudjosuwarno. Cikal bakal Santika ini terletak di Jalan Sumatera, Bandung. Pada 1988, hotel sederhana dengan 33 kamar yang dibangun di area seluas 3.200 meter persegi ini direnovasi menjadi 70 kamar.
Setelah renovasi tersebut selesai, hotel ini diresmikan sebagai Hotel Santika Bandung berbintang tiga oleh Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi, Susilo Sudarman pada 27 Maret 1989. Hotel Santika Bandung inilah yang menjadi pelopor pendirian Santika Indonesia Hotels and Resorts.
Latar belakang pendirian Santika bermula dari pembredelan harian Kompas pada 1978. Oleh karena itu, para pendiri KKG harus memikirkan diversifikasi unit bisnis di luar bisnis intinya sebagai media komunikasi. Mereka membuat rencana untuk mencegah pemecatan massal. Jika suatu hari harian Kompas dibredel kembali, masih ada anak perusahaan yang bisa menyokong karyawan mereka. Beberapa bisnis mulai dilakukan, termasuk di antaranya adalah industri perhotelan.
Pada awalnya, rencana pendirian sebuah hotel tidak disetujui pihak manajemen, karena pada saat itu bisnis hotel dianggap memiliki konotasi yang negatif serta Return of Investment dinilai berjalan lamban. Bagaimanapun juga, Binawarna Sardjan, anggota Tim Investasi Kelompok Kompas Gramedia pada saat itu, bisa meyakinkan Ketua Tim Investasi Kelompok Kompas Gramedia, Indra Gunawan untuk menyetujui rencana pendirian hotel. Berkat kegigihan dan kerja keras Binawarman Sardjan, maka Santika berhasil didirikan.
Beberapa tahun setelah Santika yang pertama diresmikan dan dikelola, Santika pun berhasil mengembangkan sayapnya dan mencapai lebih 40 properti yang tersebar di wilayah Indonesia. Sesuai brand value-nya, yaitu “Indonesian Home” dan moto pelayanannya, yaitu “Hospitality from The Heart”, Santika Indonesia Hotels and Resorts selalu menonjolkan nilai kebudayaan Indonesia, termasuk sisi keramah-tamahannya kepada seluruh tamunya.
Saat ini, Santika Indonesia Hotels and Resorts memiliki empat brand, yaitu The Royal Collection, Hotel Santika Premiere, Hotel Santika, dan Amaris Hotel yang sudah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Effendy Wongso/Foto: Hotel Santika
Comment