PT Vale Catat Kenaikan Produksi dan Pendapatan di Kuartal II 2025, Targetkan 71.000 Ton Nikel Tahun Ini

Warga memanen buah nanas di perkebunan Desa Tabarano, Kecamatan Wasuponda, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Minggu (27/7/2025). Foto: Masyudi Firmansyah/Mediawarta

MEDIAWARTA, JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (IDX: INCO) menegaskan ketangguhan operasionalnya dengan mencatatkan peningkatan produksi dan pendapatan pada kuartal II 2025 (2T25), di tengah dinamika pasar global yang masih menantang.

Perusahaan juga memproyeksikan baseline pertumbuhan yang lebih kuat di paruh kedua tahun ini, seiring dengan disepakatinya harga baru dan diperolehnya revisi RKAB penting.

Produksi Nikel dalam Matte Naik 9% Kuartalan

Pada periode April–Juni 2025, PT Vale memproduksi 18.557 ton nikel dalam matte, meningkat 9% dibanding kuartal I 2025 (1T25) yang sebesar 17.027 ton. Peningkatan ini mencerminkan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan terencana yang efektif dan kualitas operasional yang konsisten.

Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu (2T24), produksi juga tumbuh signifikan sebesar 12%, menunjukkan peningkatan kinerja tahunan yang berkelanjutan. Secara kumulatif, total produksi semester I 2025 (1H25) mencapai 35.584 ton, atau naik 2% dibandingkan 1H24.

Target Produksi 2025 Naik Jadi 71.234 Ton

Mengacu pada tren kinerja semester pertama, PT Vale optimistis dapat mencapai target produksi tahunan sebesar 71.234 ton nikel dalam matte, lebih tinggi dibanding target tahun lalu.

“Kami optimis terhadap stabilitas operasional dan siap mengoptimalkan produksi di semester kedua,” ujar Abu Ashar, Wakil Presiden Direktur dan Chief Operation & Infrastructure Officer PT Vale, Rabu (30/7/2025).

Pengiriman & Harga Naik, Pendapatan Tembus US$220 Juta

Pengiriman nikel matte juga tumbuh dari 17.096 ton pada 1T25 menjadi 18.023 ton di 2T25. Harga realisasi rata-rata nikel juga naik dari US$11.932 menjadi US$12.091 per ton.

Kombinasi keduanya mendorong total pendapatan Perseroan naik 7% menjadi US$220,2 juta dari sebelumnya US$206,5 juta.

Meski diwarnai percepatan jadwal pemeliharaan dan penerapan royalti baru, EBITDA tetap sehat di US$40 juta, dengan laba bersih sebesar US$3,5 juta.

Kesepakatan Harga Baru & Revisi RKAB Dorong Baseline Lebih Kuat

“Mulai paruh kedua tahun ini, kami akan memasuki fase dengan baseline yang lebih kuat,” kata Rizky Putra, Direktur & Chief Financial Officer.

PT Vale telah menyepakati harga baru dengan pelanggan dan memperoleh persetujuan revisi RKAB untuk pemrosesan 2,2 juta ton bijih saprolit dari blok Bahodopi.

Langkah ini diharapkan memperluas aliran pendapatan dan memperkuat fondasi bisnis jangka panjang.

Konsumsi Energi Meningkat Seiring Produksi

Volume konsumsi HSFO naik menjadi 380.751 barel, dan batubara juga meningkat menjadi 127.291 ton. Hal ini sejalan dengan kenaikan volume produksi.

Harga HSFO turun 1%, sementara harga batubara turun signifikan 19% dibanding kuartal sebelumnya.

Konsumsi diesel justru turun ke 16.919 kiloliter, kembali ke tingkat normal yang mencerminkan stabilisasi operasional. Harga diesel naik 8% dari kuartal sebelumnya.

Pengendalian Biaya Tetap Jadi Prioritas

PT Vale juga terus melanjutkan strategi efisiensi melalui penghematan energi dan pengendalian biaya ketat. Biaya SG&A dan pengeluaran korporat lainnya ditekan untuk menghadapi tantangan pasar secara disiplin.

Per 30 Juni 2025, kas dan setara kas perusahaan tercatat US$506,7 juta, menurun dari US$601,4 juta pada akhir kuartal sebelumnya, akibat belanja modal sebesar US$96,4 juta di 2T25.

Namun, pengelolaan keuangan yang hati-hati akan terus dijaga untuk mendukung stabilitas jangka panjang.

Komitmen terhadap Operasi Berkelanjutan

PT Vale menegaskan kembali komitmennya terhadap praktik penambangan bertanggung jawab dan tujuan keberlanjutan jangka panjang: “Kami hadir untuk meningkatkan kualitas hidup dan mengubah masa depan. Bersama.”

Comment