MEDIAWARTA, MAKASSAR – Negara kita mempunyai perairan laut yang sangat luas dari pada daratan, dan oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim.
Indonesia memiliki banyak ekosistem, salah satunya ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan sesuatu yang unik dan rawan, yang tumbuh dan berkembang pada suatu daerah landai di muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari adanya ekosistem mangrove seperti menjaga agar garis pantai tetap stabil, melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi, tempat sumber makanan penting bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan, dan tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting, udang, dan keperluan lainnya buat manusia.
Selain itu ada manfaat yang tidak kalah menariknya yaitu sebagai salah satu destinasi wisata yang menarik. Wisata yang dimaksud adalah wisata mangrove Lantebung.
Makassar merupakan ibukota dari Sulawesi Selatan dan menjadi salah satu kota terbesar di Indonesia.
Makassar terkenal juga sebagai salah satu pusat perdagangan, wisata bahkan kulinernya. Selain kuliner yang terkenal di Makassar juga terdapat wisata yang tidak kalah populernya. Wisata ini adalah wisata yang dimana terdapat mangrove yang berada di pesisir bagian utara Makassar atau tepatnya di Kampung Latenbung, Kelurahan Bira, Kecamatan Tamalanrea.
Diketahui bahwa wisata ini yang memiliki luas dua kilometer dan menghadap ke arah selat Makassar. Wisata mangrove Lantebung memiliki jembatan kayu yang panjangnya 270 meter yang berdiri di antara rimbunan tanaman mangrove yang di cat berwarna-warni sehingga enak dipandang yang berfungsi sebagai dermaga menuju pantai, tempat perahu nelayan berlabuh dan terdapat juga jembatan kayu yang menonjol ke atas untuk melihat pemandangn lebih luas serta wisata ini juga memiliki fasilitas memiliki pondok kecil, toilet, mushola, rest area dan penjual yang dapat membuat pengunjung betah berlama-lama menghabiskan waktu.
Awalnya penanaman bakau di kawasan Mangrove Lantebung ini dilakukan secara swakelola oleh warga setempat. Didampingi Dinas Perikanan dan Pertanian Makassar bekerjasama dengan International Fund For Agricultural. Lokasi ini kemudian dikembangkan menjadi kawasan ekowisata karena memiliki potensi wisata dari hutan bakau tersebut.
Ketika kalian memasuki pintu masuk Lantebung, kalian akan disuguhkan di samping jembatan berjejer puluhan perahu nelayan sepanjang jalan dan dimanjakan dengan lebatnya hutan mangrove yang begitu hijau. Pohon bakau tidak begitu tinggi dan juga memiliki perbedaan pada daunnya yang berwarna kuning kehijauan.
Pengunjung boleh duduk-duduk santai sambil menikmati indahnya sekitar hutan bakau dengan leluasa dan matahari tenggelam. Pengunjung juga dapat mengambil sejumlah spot foto yang indah dengan latar belakang lautan luas atau hijaunya hamparan dedaunan pohon mangrove sehingga bisa menambah koleksi album foto. Tempat yang menjadi favorit adalah dermaga karena jika dilihat dari ketinggian maka akan tampak seperti kepiting raksasa berwarna merah sebab pengunjung dapat melihat nelayan yang hilir mudik mencari ikan dengan perahunya.
Pemandangan laut yang nan biru dengan suara deburan ombak dan langit yang putih akan terlihat menyatu dengan suara burung yang sangat menenangkan. Dipadukan juga dengan banyak tanaman bakau yang hijau.
Dengan adanya wisata ini, mangrove sendiri tidak akan terancam dan bisa melakukan pembibitan kembali karena selain dimanfaatkan sebagai destinasi wisata yaitu melindungi pemukiman penduduk dari ombak laut pasang tinggi dan semakin asri. Kini luas dari hutan mangrove ini mencapai 12 hektar dan dikelola dengan baik untuk dibuka menjadi tempat wisata umum.
Ade Saskia Ramadina, Perempuan Muda Penjaga Mangrove di Lantebung
ia salah satu sosok muda yang banyak terlibat dalam upaya menjaga dan merawat mangrove di Lantebung, Makassar, Sulawesi Selatan. Kepeduliannya terhadap mangrove berawal dari mimpi melihat kampungnya porak-poranda oleh banjir rob. Keterlibatannya dalam turut menjaga dan merawat mangrove dimulainya sejak masih SMA beberapa tahun silam, yang terus berlanjut hingga sekarang. Hampir di semua program penanaman mangrove di Lantebung ia ikut terlibat membantu, baik dalam hal penyediaan bibit, penanaman hingga memberi edukasi.
Kepedulian Ade untuk menjaga mangrove di kampung halamannya punya cerita tersendiri. Sebelum banyak terlibat, ia hanyalah gadis biasa yang banyak bermain dan tak peduli pada apa pun di lingkungan sekitar. Namun suatu hari ia bermimpi kampungnya dilanda banjir rob menenggelamkan semua rumah yang ada.
“Mimpi ini menyadarkan saya bahwa harus berbuat sesuatu untuk kampung, mangrove harus tetap lestari dan dilindungi jika tidak ingin hancur seperti apa yang saya lihat dalam mimpi,” ungkapnya.
Kawasan mangrove Lantebung sendiri meskipun kini lebih terjaga namun belum sepenuhnya bebas dari ancaman pengrusakan. Kasus pengrusakan yang terjadi pada 2020 lalu meski telah diproses secara hukum namun tidak serta merta mengurangi ancaman akibat pembangunan pesisir yang masif.
Tantangan lain masih banyak yang harus dibenahi, mulai dari kesadaran dan motivasi, pengembangan kapasitas, dan transparansi pengelolaan,” tambahnya.
Konsistensi Indosat Ciptakan Desa Digital
Indosat Ooredoo Hutchision (Indosat atau IOH), salah satu perusahaan telekomunikasi terkemuka di Indonesia tak henti-hentinya selalu mendukung program-program yang dibuat pemerintah, khususnya bagaimana meningkatkan produktivitas UMKM baik yang ada di perkotaan maupun di pedesaan. Sesuai dengan misinya “Empowering Indonesia” Indosat kembali melanjutkan program yang diberi nama “Digitalisasi Desa IM3”.
Program ini untuk memberdayakan masyarakat yang dimana pesertanya usaha mikro, kecil dan menegah (UMKM).SVP Head of Regional Kalimantan & Sumapa Indosat Ooredoo Hutchison, Prio Sasongko mengatakan akses terhadap teknologi digital saat ini menjadi hal penting yang perlu dirambah oleh UMKM untuk mengoptimalkan potensi ekonominya. Untuk itu IM3 hadir memberdayakan sejumlah UMKM yang ada dibeberapa kabupaten di Sulawesi Selatan.
“Kami sudah lakukan dibeberapa kabupaten seperti di Hutan Manggrove Lantebung Makassar, Manongkoki kabupaten Takalar, dan Bulu Cindea Kabupaten Pangkep. Sebagai lanjutan dari program Desa Digital, IM3 memberikan beragam pelatihan seperti pemanfaatan media sosia, digital marketin, Indosat IDEA A cademy, Jurnalistik dasar, Fotografi dan Videografi,” Ungkap Prio.
Program Desa Digital IM3 diharapkan bisa mendorong UMKM untuk memanfaatkan teknologi digital secara maksimal agar bisa semakin maju dan mamu bersaing dengan kualitas yang lebih baik.
“Salah satu tujuan Indosat adalah untuk mempercepat transformasi digital di Indonesia, termasuk di wilayah pedesaan, kami meyakini pemanfaatan teknologi digital akan sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya UMKM. Dengan dukungan teknologi digital, koodits yang mereka hasilkan akan dapat menjangkau pasar yang lebih luas serta mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,” Jelasnya.
Tambah BTS
Indosat melalui brand IM3 senantiasa memeberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Dalam 2023-2024 ada tiga tahap penambahan Base Transceiver Station (BTS). Pertama telah selesai di April sebanyak 300 BTS. Posisi site Makassar sendiri mencakup Makassar, Pangkep, Barru, Maros yakni sebanyak 613 site.
“Tahap kedua kuartal keempat ada 6 site di Makassar. Tapi di awal tahun 2024 kita tambah 70 side lagi,” Tutur SVP Head of Region Kalimantan & Sumapa Indosat Ooredoo Hutchison, Prio Sasongko.
Dengan adanya tambahan di awal tahun 2024 itu membuat site mengcover 90 persen populasi di Makassar, Maros, Pangkep dan Barru.
Penambahan site ini mencatatkan capaian positif, dimana revenue naik 18 persen, dan dari sisi pelanggan naik 12 persen itu dibandingkan Januari 2023.
“Target pertumbuhan sampai akhir tahun itu kita targetkan 22 persen, ini sisa kuartal 3 dan 4. Insya Allah kita optimis bisa capai,” tambah Prio.
Lebih dari itu, Prio menuturkan bahwa pihaknya optimis IM3 akan terus menjadi pilihan masyarakat. Hal itu didasari dengan beberapa modal besar yang dimiliki IM3, seperti network.
Comment