MEDIAWARTA, MAKASSAR – Saya sebenarnya ingin menulis tentang “koma” sebagai tanda baca dan tanda kehidupan. Namun saya kesulitan menghubungkan mengapa kata ini sebagai tanda baca yang umumnya dipakai sebagai tanda pemisah beberapa bagian kalimat atau pemisah antara induk kalimat dengan anak kalimatnya, juga dipakai untuk menunjukkan situasi orang yang mengalami kehilangan kesadaran. Mungkin ada pembaca yang bisa menjelaskan.
Akhirnya saya berpindah untuk menjelaskan makna tanda titik dalam kehidupan yang memang beberapa coretan sebelumnya sudah berkisar tentang “titik”. Mungkin lebih mudah menjelaskannya karena tanda titik adalah tanda baca yang paling umum digunakan. Tanda titik dipakai untuk menandai akhir dari sebuah kalimat.
Titik juga dipakai dalam bertutur sebagai tanda berakhirnya sesuatu. Saya pernah mendengar, seorang atasan memarahi bawahannya yang berdiri di dekatnya. Dengan penuh emosi, dan suara meninggi, dia berkata: “saya tidak ingin lagi melihat kamu di sini, titik!” Maknannya, tidak ada kalimat mengikuti setelah itu. Atau lebih kerasnya, tidak ada lagi tawar-menawar dalam hal keberadaannya di tempat itu.
Tanda Titik juga bermakna pusat atau sentral yang melahirkan istilah titik kumpul, titik temu, titik jenuh atau titik nol, seperti yang sudah dibahas. Tanda titik juga dipahami sebagai lokasi dalam peta. Misalnya, untuk mencari alamat atau lokasi, dalam peta online disebut titik koordinat. Bumi diletakkan dalam peta sebagai hamparan datar, dan dengan sistem koordinat, memudahkan untuk mencari lokasi yang diinginkan yang disimbolkan dengan tanda titik.
Tanda titik inilah yang memudahkan kita untuk mencari alamat di era digital. Saya teringat waktu kuliah di luar, bekerja sambilan dengan menjadi pengantar pizza, saya menghamparkan peta kota di samping setir mobil untuk mencari alamat, karena saat itu belum dikenal titik lokasi yang bisa dimasukkan dalam aplikasi online. Begitu beratnya membolakbalikkan peta dan salah-salah bisa kehilangan fokus.
Menurut saya, revolusi teknologi informasi yang paling mencengangkan adalah dengan berhasilnya menggunakan titik dalam sistem online untuk mencari alamat, dan dengan secara otomatis, sistem ini mengantar pengendara ke titik yang dituju. Itulah yang melahirkan jasa pengantaran yang super cepat. Kenapa mencengangkan menurut saya, karena saya tidak pernah membayangkan sebelumnya, membeli satu ikat sayur kangkung di pasar tadisional bisa dilakukan dengan jari-jari di Hp.
Titik koordinat akhirnya meluluhlantahkan tradisi atau ketabuan hidup. 20 tahun yang lalu orangtua melarang kita berbicara dengan orang yang tidak dikenal. 10 tahun kemudian, kita dilarang menaiki kendaraan orang yang tidak dikenal. Tahun ini, orangtua kadang menyuruh kita untuk berbicara dengan orang yang tidak dikenal dan menaiki kendaraannya untuk menuju ke suatu alamat. Itu semua karena adanya tanda titik yang mengalami teknologisasi.
Namun, pemaknaan yang lebih mendasar dalam hidup adalah titik yang bemakna berhenti. Titik itu perlu dimaknai berhenti sebelum benar-benar berhenti. Tanda Titik bermakna kita perlu sesekali berhenti dalam hidup. Pemberhentian ini dimaksudkan untuk pencarian. Menemukan sesuatu yang hilang, bukan dengan cara hiruk-pikuk. Tidak ada perjalanan berarti tanpa pemberhentian. Tidak ada pengisian bermakna tanpa pengosongan. Tidak muncul makna pengasingan pada situasi hiruk-pikuk.
Perenungan tentang penghambaan diri butuh pemberhentian. Pencarian titik koordinat kehambaan meniscayakan pemberhentian. Hadirnya kesadaran tentang ketidakabadian hidup butuh untuk berhenti. Jangan sampai hilang kesadaran sementara anda masih hidup. Itu bukan titik, namanya koma.
Oleh: Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin
Comment