Ubah Lahan Kritis Jadi Hijau dan Produktif, PLN Kembangkan Ekosistem Biomassa Berbasis Pertanian Terpadu

MEDIAWARTA, TASIKMALAYA – Upaya pengembangan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu yang diinisiasi oleh PT PLN (Persero) melalui sub-holding PT PLN Energi Primer Indonesia akan mengubah lahan kritis menjadi lebih hijau dan produktif. Program ini bertujuan memanfaatkan 1,7 juta hektare dari 14 juta hektare lahan kritis yang tersebar di seluruh tanah air.

Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia, Sudaryono, mengapresiasi langkah PLN dalam mendorong program biomassa dengan memanfaatkan lahan kritis melalui kolaborasi dengan Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah, dan kelompok masyarakat.

“Saya mengapresiasi langkah PLN melalui program ini. Kita dihadapkan pada tantangan perubahan iklim. Saya sangat menghargai karena dengan program ini, sumber biomassa akan berasal dari tanah marjinal,” ujar Sudaryono dalam sambutannya pada agenda Peresmian Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian Terpadu di Tasikmalaya pada Kamis (26/9/2024).

Sudaryono menambahkan, tanah marjinal umumnya sulit ditanami dan berada di pelosok-pelosok Tanah Air. Program biomassa PLN pun menjadi bukti nyata kehadiran pemerintah hingga daerah pelosok.

“Saya ingin, jika model ini berhasil, kita bisa menularkannya ke daerah lain,” tambah Sudaryono.

Senada dengan hal tersebut, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menjelaskan bahwa pihaknya memanfaatkan lahan kritis dengan berkolaborasi bersama Kementerian Pertanian, Pemerintah Daerah, dan Kelompok Masyarakat.

“Melalui program kolaboratif ini, kami berupaya mengubah lahan yang sebelumnya kering dan tidak produktif menjadi lebih hijau dan produktif,” jelas Darmawan.

Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terdapat 14 juta hektare lahan kritis di seluruh Tanah Air. Dengan mengembangkan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu, program ini dapat berkontribusi dalam upaya pemanfaatan lahan kritis.

“Kami akan memanfaatkan 1,7 juta hektare lahan kritis yang tersebar di seluruh Tanah Air, sehingga dapat berkontribusi dalam upaya penurunan emisi sebesar 11 juta ton CO2e melalui _co-firing_ biomassa,” terang Darmawan.

Lebih dari itu, program ini juga mampu meningkatkan kapasitas nasional dengan menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan daerah, menggerakkan ekonomi kerakyatan sirkuler, dan mengentaskan kemiskinan.

“Ke depan, kami menargetkan program ini akan melibatkan 1,25 juta masyarakat dan menghasilkan nilai ekonomi sebesar Rp9,5 triliun per tahun,” pungkas Darmawan.

Comment