Phang Cha, Tradisi Jamuan Teh Tionghoa yang Sudah Dilupakan

MEDIAWARTA.COM – Masyarakat Tionghoa memiliki banyak tradisi khas yang mengandung makna, salah satunya tradisi tuang teh atau “Phang Cha”. Namun, sayang tradisi yang menyimbolkan penghormatan ini sudah sangat jarang dilakukan. Kini, tradisi Phang Cha hanya dapat ditemui pada pesta pernikahan dan hanya dilakukan sebagian kecil orang tua yang masih menjalankan tradisi ini.

Padahal di Indonesia dulu, jamuan teh hampir dilakukan sebagian masyarakat Tionghoa di semua acara. Jika ada tamu yang bertandang ke rumah, orang Tionghoa biasanya akan menyuguhi tamu tersebut dengan teh (Chinese tea). Ini sebagai simbol penghormatan, dan sang tamu akan merasa lebih dihargai.

Teh adalah minuman paling banyak terdapat setelah arak. Di Tiongkok atau di Jepang, tradisi jamuan teh ini masih sangat kental, tetapi di Indonesia sudah bergeser. Sekarang zaman sudah serba praktis, air mineral atau minuman kemasanlah yang justru banyak disuguhkan. Padahal, dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa, menyuguhi tamu dengan air teh itu dinilai kurang sopan.

Kini, tradisi Phang Cha hanya bisa ditemui pada saat gelaran pernikahan masyarakat Tionghoa. Sebagian pengantin yang melangsungkan pernikahan masih melaksanakan jamuan teh kepada orang yang dituakan. Jamuan Phang Cha ini dilakukan kepada orang yang dituakan atau diihormati seperti orang tua, kakek, nenek, kerabat, dan lain sebagainya oleh pengantin pria dan wanita. Ini wajib dilaksanakan, pasalnya mereka menuangkan teh satu per satu ke dalam gelas sebagai simbol penghargaan dan penghormatan.

Sekarang yang dikenal masyarakat Indonesia justru Yam Cha atau jamuan minum teh. Sebenarnya pengertiannya hampir sama namun pelaksanaannya yang berbeda. Biasanya jamuan Yam Cha dilakukan di restoran-restoran, bukan di rumah. Warga Tionghoa biasanya berkumpul atau bersilaturahmi dengan keluarga atau kolega sambil minum teh di restoran terutama pada akhir pekan. Caranya, poci ditaruh di atas mangkuk yang lebih besar, lalu dituangi air mendidih hingga luber. Air yang luber akan tertampung di mangkuk besar itu. Kemudian poci ditutup sekitar dua menit.

Teh merupakan salah satu minuman populer di antara berbagai jenis minuman lainnya. Dari sisi kesehatan, teh berperan sebagai social fuel yang dapat meningkatkan suasana hati (mood booster), menghilangkan stres, dan beraroma terapi. Agar teh berkhasiat, daun teh yang digunakan adalah daun teh bermutu dan yang meraciknya juga harus memiliki keahlian khusus.

Dalam tradisi minum teh di Tiongkok, ada dua wadah yang digunakan. Sebuah gelas dan sebuah mangkuk. Gelas berfungsi untuk menghirup aroma teh, sementara mangkuk berfungsi untuk meminum air teh. Orang Tionghoa membuat teh secara bersama-sama, daun teh dimasukkan hingga menutupi lingkaran dasar poci. Poci terbuat dari tanah liat merah yang berpori rapat sehingga ketika dituangi air, lambat laun poci akan menjadi kering kembali.

Poci ditaruh di atas mangkuk yang lebih besar, lalu dituangi air mendidih hingga luber. Air yang luber akan tertampung di mangkuk besar itu. Kemudian poci ditutup sekitar dua menit.

Air teh dituang ke dalam gelas lalu dipindahkan ke mangkuk. Seusai memindahkan air teh, tamu menghirup aroma teh dari gelas sebagai tanda penghormatan pada tuan rumah yang telah menyajikan teh. Setelah itu, barulah teh bisa diminum. Proses ini dilakukan berulang-ulang dengan jenis teh yang berbeda-beda.

Minuman teh sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Merunut sejarahnya, konon ada seorang kaisar Tiongkok yang tanpa sadar minumannya dijatuhi daun yang beraroma wangi. Kala itu, belum ada yang tahu jika daun yang beraroma wangi adalah daun teh yang nikmat dan baik untuk kesehatan. Terlepas benar-atau tidaknya cerita itu, kita patut bersyukur kepada Tuhan karena telah menganugerahi kita dengan teh.

Novianti/Foto: Istimewa

Comment