Kisah Chef Aryaduta yang Jatuh Cinta pada Kuliner Unik Khas Makassar

Executive Chef di Hotel Aryaduta Makassar, Yun Veristedi. Foto : Masyudi Firmansyah/Mediawarta

MEDIAWARTA, MAKASSAR Tak banyak yang tahu, di balik kesibukannya sebagai Executive Chef di Hotel Aryaduta Makassar, Yun Veristedi justru lebih menikmati waktunya di tempat-tempat sunyi yang jarang dikunjungi.

“Saya suka traveling, tapi ke alam-alam, ke danau-danau yang sepi. Pokoknya ke tempat yang jarang didatangi orang,” ujarnya sambil tertawa.

Chef Yun, begitu ia biasa disapa, memang bukan tipe pelancong mainstream. Sesekali ia memang mendatangi tempat wisata viral karena penasaran, namun hatinya tetap tertarik pada pulau sunyi, pantai sepi, dan destinasi yang tidak biasa.

“Dari dulu saya suka pantai. Karena itu saya pun sering bekerja di resort yang dekat dengan laut,” tambahnya saat di temui di Aryaduta Makassar, Selasa (15/7/2025).

Selama berada di Makassar, ia sempat menikmati suasana Pantai Barombong dan Pantai Galesong, selama tempat itu sepi dan dekat laut, menurutnya sudah cukup untuk menenangkan pikiran.

Pria yang menamatkan pendidikan di SMK Boga dan melanjutkan ke Akademi Pariwisata Akpindo (kini Universitas ASA Indonesia) ini telah berkeliling dari satu dapur ke dapur lainnya di berbagai daerah Indonesia.

Pada 2018 hingga 2019, ia pernah menjabat sebagai chef di Aryaduta Makassar, sebelum melanjutkan perjalanannya ke beberapa daerah di Jawa dan Kalimantan, lalu kembali lagi ke Makassar.

“Saya senang kembali ke Makassar karena banyak hal yang unik, terutama dari segi makanannya,” ungkapnya.

Salah satu budaya kuliner lokal yang membuatnya kaget sekaligus kagum adalah kebiasaan menyantap pisang goreng dengan sambal.

“Kalau di Jawa, pisang goreng itu dimakan pakai gula. Tapi di sini pakai sambal. Awalnya memang aneh, tapi ternyata enak juga,” katanya.

Hal menarik lain yang ia temui adalah kebiasaan makan dengan singkong. Seperti makan mie instan pakai singkong, makan sop pakai singkong, yang disebut sop ubi, hingga bakso juga disantap bersama singkong.

“Setelah saya coba, ternyata enak juga. Ada tekstur garing-garingnya,” ujar Chef Yun dengan nada senang.

Chef Yun juga mengamati, orang Makassar sangat loyal pada makanan khas daerahnya. Bahkan saat ia bertugas di Kalimantan, banyak rekan-rekan asal Makassar tetap memilih makanan Sulsel sebagai menu harian.

“Karena itu saya belajar banyak masakan khas Makassar. Ini juga yang kami sajikan untuk tamu-tamu hotel,” katanya.

Di luar dapur dan resort, siapa sangka, Chef Yun memiliki sisi lain yang cukup unik: ia hobi membuat konten lucu di TikTok.

Dengan akun @MasYun dan @yunveristedi, ia aktif membuat konten dubbing dan sketsa ringan sejak dua tahun terakhir.

“Awalnya iseng, tapi lama-lama jadi hiburan pribadi. Karena kerjaan saya sudah serius, jadi saya cari hiburan dari konten-konten lucu,” ujarnya sambil tersenyum.

Tak hanya itu, ia juga punya hobi unik lain: ikut mancing tanpa membawa alat pancing.

“Saya suka ikut orang mancing, tapi saya siapkan makanannya saja. Jadi barter, kamu siapkan alat pancing, saya siapkan makan siangnya,” katanya dengan gaya serius namun jenaka.

Selain menjelajah dan membuat konten, Chef Yun juga gemar membaca. Genre favoritnya adalah buku sejarah. Saat ini, ia tengah membaca kisah hidup Ali bin Abi Thalib.

“Pokoknya saya suka semua yang berbau sejarah. Rasanya seperti nostalgia, tapi versi ribuan tahun lalu,” katanya sambil tertawa.

Chef Yun adalah potret nyata bahwa di balik seragam putih dan panasnya dapur hotel bintang lima, tersimpan jiwa petualang, pencinta budaya, sekaligus seniman digital yang tak pernah kehilangan selera humor.

Comment