Tana Toraja Susun Peta Jalan Menuju “Three Zero” HIV & AIDS 2030

MEDIAWARTA,- Pemerintah Kabupaten Tana Toraja menggelar Rapat Koordinasi Penanggulangan TB & HIV/AIDS yang di buka oleh Sekda Kabupaten Tanah Toraja dr.Rudhy Andi Lolo.,M.Kes, Sp.An serta menghadirkan Prof. Dr. Arlin Adam dan Ketua TIM Penggerak PKK Kabupaten Tanah Toraja Dr. Erni Yetti Riman., S.KM., M.Kes sebagai pemateri. Dalam pertemuan tersebut, Prof. Arlin yang menegaskan bahwa wilayah ini sudah saatnya bergerak lebih cepat untuk mencapai target besar “Three Zero 2030”: nol infeksi baru, nol kematian akibat AIDS, dan nol diskriminasi.

Prof. Arlin memaparkan bahwa masih terdapat sejumlah tantangan serius, seperti layanan tes HIV yang belum merata, risiko keterlambatan penemuan kasus, serta ketersediaan logistik penting seperti ARV dan test kit yang harus dijaga agar tidak terputus. Ia menekankan bahwa kelompok ibu hamil, kelompok kunci, serta populasi jembatan harus mendapat perhatian khusus karena berada pada risiko tinggi.

Upaya penanggulangan akan semakin diperkuat melalui pendekatan komunitas. Pemerintah daerah bersama tenaga kesehatan dan pendamping lapangan akan mendorong layanan *mobile VCT*, pendampingan ODHA, serta *refill* ARV di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Tidak hanya itu, tokoh agama dan tokoh adat Toraja juga diajak untuk terlibat aktif memerangi stigma yang selama ini menjadi hambatan terbesar bagi ODHA dalam mendapatkan dukungan dan layanan yang layak.

Selain perbaikan layanan kesehatan, sektor pariwisata dan budaya Toraja yang dikenal luas akan dimanfaatkan sebagai sarana kampanye publik. Event adat dan kegiatan pariwisata akan menjadi ruang edukasi untuk menyebarkan informasi yang benar tentang HIV dan mendorong masyarakat lebih peduli, lebih terbuka, dan lebih berani melakukan tes. Strategi kolaboratif inilah yang menjadi kunci bagi Tana Toraja untuk mempercepat langkah menuju 2030.

Dengan gerakan bersama ini, Tana Toraja berharap dapat menciptakan masyarakat yang lebih peduli, inklusif, dan bebas stigma. Penanganan HIV & AIDS bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga soal martabat manusia. “Yang berbahaya bukan ODHA, tetapi stigma yang membuat mereka menjauh dari layanan,” tegas Prof. Arlin yang juga merupakan Guru Besar Universitas Mega Buana (UMB) Palopo dalam sesi penutup.

Comment