MEDIAWARTA – Bagi banyak kalangan, seks masih merupakan misteri. Bagaimana tidak, seluk-beluk seks dan seksualitas masih menjadi pembahasan hangat, bahkan di kalangan akademisi sekalipun. Kaum awam pun akhirnya dihujani berbagai fakta yang berusaha memberi pencerahan tentang salah satu kebutuhan penting manusia ini.
Seperti dikutip dari femina.co.id, Senin (11/7/2016), untuk mencari tahu kebenaran di balik perbincangan seks di masyarakat, seorang jurnalis Australia yang tinggal di New York, Amerika Serikat (AS), Rachel Hills, melakukan penelitian selama tujuh tahun.
Ia mengumpulkan beberapa penelitian yang dilakukan para ahli, juga mewawancarai ratusan narasumber di seluruh Amerika Serikat (AS). Hasilnya adalah sebuah “kitab” baru yang berusaha memecahkan mitos serta stereotip seksualitas di masyarakat yang dikumpulkan dalam buku The Sex Myth (2015).
Percaya atau tidak, usia kini tidak bisa lagi jadi tolok ukur gairah dan aktivitas seksual. Mereka yang berusia sekitar 20 tahun ternyata tidak selalu memiliki gairah seksual yang lebih besar ketimbang mereka yang berusia 30 tahun atau 40 tahun. Hal ini disebabkan munculnya banyak hal yang mulai mengalihkan perhatian kalangan muda dari seks, sebutlah media sosial (medsos).
Sebuah observasi yang dilakukan jurnalis Nate Freeman dari media New York Observer pada 2011, cukup mengejutkan dan menepis stigma yang ada. Menurutnya, anak muda New York tidak lagi peduli untuk melakukan seks.
Nate bahkan berargumen, narsisme kini telah menggantikan gairah seks. Belum lagi, waktu yang habis dengan sibuk bermedia sosial dan berinteraksi di dunia maya, ditambah jam kerja yang makin panjang, membuat kalangan muda sering kali gagal membangun intimasi dengan orang lain di dunia nyata.
Bila observasi seperti itu sudah terlihat empat tahun lalu, bisa dibayangkan bagaimana kondisinya sekarang dengan budaya narsisme di media sosial yang sudah semakin “membara”.
Comment