Manusia dari Luar Angkasa

Foto: Istimewa

Bahwa Beno terheran-heran selepas menyimak pemaparanku, aku mafhum. Kiasah misterius ini sarat kadar khayali. Sembilan puluh sembilan persen, mungkin. Sukar dicerna rasio. Tapi ketika kubuktikan kepadanya, lewat secarik kaca peraut pensil, Beno terkejut bukan kepalang. Merinding. Dan percaya. Setelah sekian menit mencermatinya.

“Tapi mengapa keadaanmu yang kulihat sekarang tidak menggambarkan kelainan oragan-oragan sedikit pun?” tanya Beno meringis. Tubuhnya melorot lemas di kursi. Dipandangnya aku lumat-lumat.

“Itu yang masih belum terjawab,” sahutku, sambil menyusupkan rautan tadi ke dalam ransel.

“Mirip-mirip… mutant? Tahu kan, Ry?” Beno mereka-reka.

“Ya, perubahan sel-sel genetik akibat faktor tertentu,” tanggapku. “Radiasi nuklir atau limbah-limbah kimiawi pun memungkinkan terangsangnya proses mutasi gen jika terkena.”

“Tapi ini bukan mutasi, Ry,” sergah Beno serius.

“Saya rasa begitu,” keluhku. “Ah, kenapa saya ini?!”

“Anatomi makhluk dalam cermin itu, kayak makhluk-makhluk imajinasi dari angkasa luar, Ry,” Beno mengobral taksiran lain.

“Alien, begitu? Saya dirasuki Alien? Bagaimana bisa?” Aku jadi merasa geli sendiri. Aku tak kuasa menangkal laju senyumku. Pembicaraan kami di kantin siang ini sepulang sekolah seakan-akan saling menguliti kebodohan saja. “Dalam jasadku hidup Alien….”

“Kamu percaya UFO, Ry? Kehidupan lain selain di bumi?”

Aku menguncupkan bahu sambil tertawa. “Tidak tahu, deh. Tapi kamu bisa kan mengupas masalah saya ini dari sudut yang wajar?”

Beno tergugu. Lalu melengos. “Yah, kamu benar,” sungutnya.

***

Kelas III IPS 2 ramai dan gaduh. Sesekali terlontar sorak-sorai membahana. Begitu riuh dan bersemangat. Dan dijerat amarah.

Beno menyongsong kedatanganku. Ia tampak cemas.

“Gawat, Ry. Bondan menghasut anak-anak!”

“Apa?” Aku tersengat. Aku bersijingkat. Melongok ke dalam kelas dari kerumunan siswa yang memadati pintu. Bondan nampak berdiri kokoh di atas meja. Berkoar-koar dengan tatapan berapi-api.

Seantero SMA 17 Agustus 45 pasti kenal Bondan. Dialah siswa pemberani di sekolah ini. Ketimpangan-ketimpangan yang ia temukan dalam aktifitas pendidikan di sekolah kami, digugatnya blak-blakan. Pendukungnya banyak. Ia figur pemberontak tulen. Ia terpaksa didepak dari keanggotaan OSIS, karena kelewat gencar mengkritik dan melecehkan inisiatif ketua yang melempem.

Katanya, para pengurus OSIS itu cuma numpang tenar, biar dekat sama guru-guru. Hebatnya lagi, cowok yang bokapnya sehari-hari bekerja sebagai buruh pabrik itu, tak sungkan-sungkan hengkang dari kelas saat guru mengajar. “Cara menerangkannya payah. Tuh guru pantes ngajar di TK!” ujarnya.

Comment