“Benar, Ry,” Ibu menegaskan. “Di sana, tempat asalmu, kamu adalah calon pemimpin. Kamu dipersiapkan guna menumbangkan pemimpin mereka saat ini. Yang bertindak semena-mena. Zalim dan biadab. Ada satu materi penting yang mereka sadari telah dilalaikan. Moral dan mental suci. Timbullah gagasan mempelajarinya dari umat manusia di bumi. Seorang bayi kaum mereka direkayasa sedemikian rupa hingga berwujud sama dengan bayi manusia. Bayi ini akan tumbuh sebagaimana layaknya manusia umumnya dan menyerap segala hal dalam kehidupan manusia. Termasuk apa itu moral dan mental. Sejak TK hingga kamu menjelang tamat SMA.”
Aku tercenung. Menelan ludah dengan susah payah.
Bapak melanjutkan. “Makhluk yang kamu lihat dalam cermin itu adalah sosok aslimu. Hanya akan terlihat jika kamu sudah mencapai kedewasaan. Ini juga isyarat, mereka tengah bersiap-siap menjemputmu. Selanjutnya kamu akan digembleng ilmu kemiliteran di sana.”
“Ah, ini mengada-ada!” desahku takut dan sedih. “Ibulah yang melahirkan aku. Kalianlah orangtua aku yang sesungguhnya!”
“Sebelum Bapak menikah, Ibumu dinyatakan mandul oleh dokter. Akibat kanker kandungan yang pernah dideritanya,” jelas Bapak dengan serius.
Aku terbelalak. Badai ganas menerpa jiwaku. “Bagaimana kalau aku menolak pergi saat mereka datang?!” dalihku emosi. Kalut luar biasa.
“Kami pun tidak rela berpisah darimu, tapi kami harus mematuhi perjanjian. Kamu harus ikut mereka,” jawab Bapak murung. Matanya berkaca-kaca.
“Kalau kerusuhan di sana mereda, kamu bisa sesekali menemui kami, Ry. Tentu kamu akan membawa cerita-cerita menarik tentang dunia di sana. Dunia asing yang masih misterius itu,” hibur Ibu, juga dengan mata berkaca-kaca.
Bapak dan Ibu sepertinya telah siap menghadapi hal ini. Tiba-tiba saja aku merasa tak punya pilihan lain lagi. Walau sulit kucerna, akhirnya kepasrahan membalutku. Siapa pun aku, inilah takdir. Bahwa ternyata aku adalah putra dari segolongan kaum yang bukan manusia. Dan malam itu, aku bersikap tegar saat di atas rumahku mengambang megah sebuah cakram raksasa.
Keberangkatanku telah tiba.
Biodata Penulis:
Ery Sofid, lahir di Depok, Jawa Barat, pada 1971. Penulis yang memiliki tipikal tulisan misteri dan horor ini kini sangat populer sebagai penulis skenario film layar lebar. Sudah banyak karya skenario filmnya yang telah diangkat ke layar lebar. Di antaranya The Soul (2002), Ada Hantu di Sekolah (2004), 12:00 am (2005), Missing (2006), Gotcha (2006), Hantu Jeruk Purut (2006), Malam Jumat Kliwon (2007), Lewat Tengah Malam (2007), Beranak dalam Kubur (2007), Hantu Ambulance (2008), Kereta Hantu Manggarai (2008), Hantu Perawan Jeruk Purut (2008), Sarang Kuntilanak (2008), Kuntilanak Kamar Mayat (2009), Tarung: City of The Darkness (2011), Pocong Kesetanan (2011), My Last Love (2012), Dendam dari Kuburan (2012), dan masih banyak karya lainnya. Sebelumnya, ia juga merupakan salah satu pengarang paling produktif di Indonesia. Pernah magang sebagai wartawan freelance di berbagai surat kabar ibu kota, dan menjadi wartawan di majalah Planet Pop (1999-2000).
Comment