Wow, Ternyata Berpelukan Bagus untuk Kesehatan Mental

MEDIAWARTA.COM – Saat browsing di dunia maya, banyak foto-foto yang menyentuh terkait pelukan, yang biasanya disertai tulisan “hug me, please”. Tidak salah, ternyata berpelukan bagus untuk kesehatan mental. Pasalnya, oksitosin menimbulkan rasa nyaman dan aman.

Menurut dr Jezzy Reisya, salah seorang dokter dan pskiater di Jakarta, mengungkapkan, oksitosin adalah hormon yang diproduksi tubuh saat kita bersentuhan dan berpelukan dengan orang tersayang.

“Karena itulah, tak usah heran jika ada orang atau bahkan mungkin Anda sendiri sangat suka memeluk dan dipeluk. Inilah tiga manfaat pelukan menurut psikolog dari Amerika Serikat (AS), Loretta G Breuning,” terangnya seperti dikutip dari merdeka.com, Selasa (5/7/2016)

Jezzy mengatakan, dalam argumennya, Loretta memaparkan jika sentuhan membuat seseorang merasa aman. “Oksitosin sering disebut sebagai senyawa kimia pelukan atau hormon cinta. Dalam dunia hewan, oksitosin diproduksi kijang ketika mereka merasa aman dalam kawanannya, dan pada babon ketika menjilati bulu pasangannya. Hal yang sama berlaku pada manusia. Seleksi alam mendorong otak kita memproduksi oksitosin ketika kita menjalin kepercayaan terhadap orang lain,” alasnnya.

Pelukan juga membantu seseorang tidur seperti bayi. Pasalnya, oksitosin adalah sinyal yang dikeluarkan otak untuk memberitahu seseorang dalam situasi yang aman untuk menurunkan tingkat kewaspadaannya.

“Tingkat kewaspadaan otak mamalia turun saat mereka berada dalam kelompoknya, karena tanggung jawab keselamatan didistribusikan ke lebih banyak mata dan telinga. Produksi oksitosin meningkat drastis selama persalinan. Inilah yang menyebabkan keterikatan antara ibu dan anak. Oksitosin dirangsang dengan cara menjilati atau berpelukan. Otak ‘mamalia’ seseorang dirancang untuk menurunkan tingkat kewaspadaan saat menikmati keamanan dari ikatan sosial,” urai Jezzy, mengutip apa yang dibahas Loretta.

Diungkapkan, berpelukan juga dapat memperluas kemampuan untuk “trust” atau percaya. “Dalam keadaan alami, sentuhan dan kepercayaan merupakan satu paket yang tak terpisahkan. Pasalnya, orang yang cukup dekat untuk menyentuh Anda, cukup dekat pula untuk menyakiti Anda,” ujarnya.

Menurut Jezzy, otak ingat segala sesuatu yang pernah menyakiti Anda karena itu adalah bagian dari mekanisme pertahanan diri. Mempercayai semua orang bukanlah bagian dari pertahanan diri yang baik. Sementara itu, pengalaman hidup akan merangsang otak untuk mengubah perasaan nyaman, kadang mati kadang hidup (tergantung pada jenis pengalaman yang dimiliki. Pengalaman buruk akan membuat otak mematikan perasaan nyaman dan sebaliknya).

“Neuron-neuron di otak akan saling terhubung saat ada arus oksitosin. Hal ini akan membuat bagian otak yang mengatur rasa percaya di otak Anda, terangsang. Saat kepercayaan itu dikhianati, terjadi lonjakan kortisol, yang membuat Anda merasa terancam,” bebernya.

Jezzy menambahkan, seseorang  tidak bisa menghapus pengalaman yang sudah lewat yang sudah terpola di otak, tetapi dapat membangun yang baru. Pengalaman baru yang menyenangkan akan menyalakan rasa nyaman di otak. Berpelukan dapat membantu menulis ulang sejarah rasa percaya di otak, menimbulkan rasa aman dan nyaman di hati,” tutupnya.

Novianti/Foto: Istimewa

Comment