MEDIAWARTA, MAKASSAR – Pernahkah anda merasa tidak berguna? Pernahkah anda merasa keberadaannya hanyalah kesia-siaan? Jawab saja pernah kalau memang pernah, karena saya juga pernah mengalaminya. Perasaan seperti itu biasanya sudah menjadi daftar isi kehidupan yang harus dijalani.
Situasi seperti itu terjadi karena anda merasa tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengatasi sebuah masalah serius yang terjadi, dan membuat anda larut dalam kesedihan. Situasi seperti itu juga terjadi karena anda merasa tidak mendapatkan respek dari orang-orang di sekitar anda. Sebutlah, anda merasa tidak ada yang peduli dengan kehadiran anda. Anda merasa ada atau tidaknya anda, tidak merubah sesuatu di sekitar anda. Situasi itu membuat anda bisa disebut berada pada “Titik Nol”, titik terendah atau titik nadir.
Kita menyebutnya Titik Nol karena saat itu anda merasa kosong, hampa, atau nihil. Ada dua yang mungkin terjadi dengan situasi itu, anda mengalami situasi yang lebih buruk, mengalami stress berkepanjangan dan menuju kepada kegilaaan, atau sampai berpikir mau menyudahi kehidupan. Atau anda menjadikan itu sebagai titik permulaan untuk berbenah, ibarat wilayah geografis, anda menjadikannya sebagai titik nol kilometer.
Menjadi yang pertama, sedapat mungkin tidak terjadi. Kita tidak ingin ada yang stress apalagi sampai gila. Kita perlu selalu mencari cara meyakinkan jiwa bahwa hidup harus ditempuh dengan ketenangan, bukan dengan huru-hara. Sangat disayangkan kalau dalam hidup ini, kita membiarkan jiwa raga terjebak dalam kesia-siaan hanya karena dimulai dari perasaan yang tidak berguna.
Menjadi yang kedua yang lebih menarik untuk ditelisik, menjadikan Titik Nol sebagai momentum untuk menjadi lebih baik. Titik Nol adalah titik netral, menjadi diri yang berada pada situasi yang tidak berpihak. Sebagai titik netral, Titik Nol adalah titik tengah, yang berarti pergerakan dari angka minus menjadi positif, di mana nol berada di tengah-tengah.
Titik Nol ibarat diri yang bersih dari polusi kehidupan, diri yang bebas dari kontaminasi hawa beracun. Titik Nol adalah titik puncak penghambaan diri, titik kefanaan, titik orisinalitas kemakhlukan sebagai ciptaan yang pastinya tidak abadi. Titik Nol adalah titik terminal. Diri yang dari nol, menaiki tangga angka-angka kehidupan dan akhirnya juga kembali ke nol.
Titik Nol adalah titik gravitasi, karena semua kehidupan yang menanjak ke atas, akan tertarik kembali ke bawah dengan gaya tarik buminya, dan akhirnya menyatu dengan tanah. Titik Nol adalah titik seorang hamba mendeklarasikan kehambaannya di depan Tuhan penciptanya, bahwa dirinya ada dengan ketiadaannya, atau tiada dengan keadaannya. Anda bingung kan? Saya juga!.
Oleh:
Hamdan Juhannis
Rektor UIN Alauddin
Comment