Air Mata Ibuku dalam Semangkuk Sup Ayam

Foto: Istimewa

Tangisan tanpa suara itu terus berlanjut dan terus memenuhi isi dari mangkuk sup itu. Miranti terus menutupi wajahnya agar tidak ada satu pun orang yang melihat. Pandangannya hanya mengarah pada semangkuk sup ayam itu. Sup yang tadinya ia pikir bisa menghangatkan tubuh dan pikiran, kini sudah perlahan mendingin. Entah mengapa pula, hari ini, kerongkongannya memerih sehingga setiap meneguk ludahnya sendiri pun terasa sakit. Andai, andai saja putrinya yang hilang diculik itu masih bersamanya, tentulah hari ini ia akan meniup lilin di kue tar ulangtahunnya yang kesekian kalinya.

Namun kini bagai nasi yang sudah telanjur menjadi bubur. Anak berwajah manis berpipi montok itu entah di mana. Dari hari ke hari ia menangis dalam penyesalan. Dan tepat hari jadinya seperti sekarang, maka air matanya akan tumpah tanpa terbendung!

Ada sepatah suara dari pengunjung lain yang mengagetkannya. Disentuhnya mangkuk sup ayamnya dengan hati belah.

Sup itu sudah dingin sama sekali bercampur basir air matanya. Ah, betapa tidak adilnya dunia ini terhadapnya ketika mereka merampas buah hatinya nan mungil dan lucu.

***

Melihat air matanya sendiri jatuh berhamburan di atas sup, mendadak ia teringat akan sang Bunda yang telah meninggalkannya selamanya tujuh tahun silam. Otak kecilnya membawanya kembali ke masa kecilnya. Masa kecil yang ia anggap biasa dan tidak ada istimewanya sama sekali, namun hanya satu yang ia anggap berharga, yaitu sang Bunda. Persis sekali seperti saat ini ketika ia melihat air matanya jatuh ke atas permukaan sup, begitu pula ibunya juga melakukan hal yang sama dengan sup ayam hangat yang dibuat oleh tangannya sendiri. Bukan karena kesengajaan, namun saat itu sang Bunda sedang dalam keadaan emosi. Emosi lantaran Miranti membuat kesalahan yang begitu besar dan menyebabkan ibunya menangis sesenggukan, sehingga air matanya terjatuh di atas sup ayam yang dibuatnya untuk Miranti.

Entah kesalahan besar apa yang dibuatnya, ia sudah lupa akan itu. Hanya kejadian yang berhubungan dengan sup ayam itu yang diingatnya. Sup ayam itu menjadi dingin. Sang bunda meninggalkannya sambil tetap dalam keadaan menangis. Miranti kecil menyesal dan meratapi kesalahannya sendiri. Diraihnya sup ayam itu dan dihabiskannya walaupun sudah dingin dan bercampur air mata Bunda. Ketika ia melahap sup itu, ia bisa merasakan hati seorang ibu yang pengorbanannya begitu besar.

Tangisannya semakin deras meskipun ia sudah berusaha sekuat tenaga menahannya.

Mama, aku kangen sama Mama. Aku tidak kuat menghadapi ini tanpa Mama.

Dadanya terasa sesak karena batinnya terus menjerit. Dilihatnya jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 Wib. Ia harus pulang ke rumah. Maya pasti menunggunya di rumah. Dikeluarkannya compact powder dan dirapikan hiasan makeup-nya yang agak luntur karena tangis.

Comment