MEDIAWARTA, MAKASSAR – Kampanye Pemilu 2024 telah berlangsung sejak akhir tahun 2023 lalu. Baliho, spanduk, poster marak kita temui di setiap sudut jalan saat ini.
Sayangnya, alat-alat kampanye tersebut tidak teroganisir dengan baik, dan justru cenderung menambah pelik masalah sampah visual.
Hal tersebut lah yang menjadi perhatian dari Arfah Aksa Ali, SE, calon legislatif (Caleg) dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) nomor urut 6 dengan daerah pemilihan (Dapil) 3 Kecamatan Tamalanrea dan Biringkanaya.
Menurutnya, saat ini publik ataupun partai politik mulai mempertanyakan efektivitas pemasangan baliho, spanduk dan poster di jalanan.
“Langkah ini cukup mengindikasikan, demokrasi tetap mengalami evaluasi dan transisi, ke cara yang lebih ramah lingkungan,” ujarnya.
Makanya, pria berlatar belakang profesi sebagai konten kreator ini, memilih untuk tidak terlalu massif mensosialisasikan dirinya ke masyarakat, menggunakan alat peraga berbentuk baliho maupun spanduk di jalan.
Ia pun memilih mengutamakan mengkampayekan diri dan partai politiknya, dengan cara cara yang lebih beretika, memperhatikan ekosistem alam.
“Untuk baliho, saya hanya pasang di beberapa titik yang menjadi basis suara saja. Selanjutnya lebih memilih berkampaye lewat media digital, seperti media sosial dan portal berita media online,” ungkap Arfah.
Sampai saat ini, hampir mencapai 170 juta dari 200 juta lebih penduduk, telah menggunakan media sosial. Informasi ini dilansir dari laporan perusahaan media asal Inggris, We Are Social.
Pelaporan yang dibagikan itu, menurut Arfah, menunjukkan pola pemakaian media sosial di sejumlah negara termasuk Indonesia, terbilang tinggi. Sebanyak rata-rata tiga jam 14 menit sehari, orang Indonesia mengakses internet, termasuk di Makassar.
“Penggunaan media sosial akan lebih cepat menghubungkan, dengan segala sesuatu. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan sosial tidak terlalu banyak. Sehingga efektifitas, termasuk dalam penggunaan media sosial, sebagai alat kampanye, dapat dimaksimalkan,” sebutnya.
Comment