Cuma di Sulawesi Selatan, ada ritual haji di puncak gunung

MEDIAWARTA.COMGOWA Gunung Bawakaraeng adalah gunung yang terletak di kawasan  Lembanna, Kabupaten Gowa, provinsi Sulawesi Selatan. Dari Makassar berjarak sekitar 3 jam lewat jalur darat. Secara ekologis, gunung ini memiliki posisi penting, karena menjadi sumber cadangan air untuk Kabupaten Gowa, Kota Makassar, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Sinjai.

Bawakaraeng terdiri dari bukit – bukit yang berderet megah. Bukit tertinggi memiliki ketinggian sekira 2.700 meter di atas permukaan laut. Untuk mendaki sampai ke puncak, kita harus menyusuri dua bukit dan sepuluh pos jalur pendakian. Pepohonan  beragam jenis, kabut tipis, sungai kecil, dan berbagai keindahan alam lain, akan menghiasi setiap jalur pendakian dari pos ke pos hingga tiba ke puncak.

Setiap hari raya Idul Adha, banyak sekali warga dari berbagai daerah menuju ke puncak gunung Bawakaraeng melakukan salat Idul Adha dan ritual haji. Mereka datang sehari sebelum hari raya, dan menginap di puncak dengan bekal dan pakaian seadanya. Esok subuhnya, mereka pun memulai salat Idul Adha dan ritual.

Sejak dahulu rutinitas ritual haji ke Gunung Bawakaraeng telah ada dalam tradisi masyarakat Sulawesi Selatan. Tradisi ini muncul bersamaan dengan dikenalnya persoalan ketuhanan dan agama. Namun karena tradisi ini berbeda dengan tradisi haji yang dilakukan umat Islam pada umumnya ke Mekah, maka tradisi ini senantiasa mengalami banyak rintangan. Penganutnya terkadang dihujat sebagai musyrik bahkan murtad.

Dari hasil pengamatan mediawarta.com terhadap beberapa penganut paham ini, ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya Haji Bawakaraeng:

Pengaruh cerita mitos tentang Syekh Yusuf

Sebuah mitos dapat menghubungkan peristiwa-peristiwa khayalan dengan kisah hidup seorang tokoh. Mitos dapat jadi berkembang secara logis di luar permainan kata, dan memberikan pengaruh yang berkelanjutan pada masyarakat yang percaya terhadap tokoh legenda. Dari karakter mitos-mitos seperti inilah, menjadi faktor dalam menganalisa kepercayaan Bawakaraeng.

Menurut keterangan seseorang yang melaksanakan ritual tersebut, apa yang mereka lakukan ke Gunung Bawakaraeng semata-mata sebagai “peminawangang” yakni ikut pada tuanta Salamaka atau Syekh Yusuf, untuk mendapatkan berkah. Sebab Yusuf ke Bawakaraeng terlebih dahulu sebelum berangkat ke Mekah.

Mereka yakin bahwa di tempat ini lah Syekh Yusuf, wali penyebar Islam di Sulawesi Selatan tinggal bersemayam. Karena itu para pengunjung Gunung Bawakaraeng mendatangi mihrab Syekh Yusuf, karena ketidakmampuan mereka berhaji ke Mekah seperti yang dilakukan oleh Syekh Yusuf. Konon menurut kepercayaan mereka, Syekh Yusuf telah mewakili haji mereka yang sesungguhnya, asal kan ingin berhaji ke Gunung Bawakaraeng.

Keinginan berhaji dan sulitnya sistem haji

Haji merupakan salah satu rukun Islam. Sebagai bagian dari ajaran Islam, mekanisme pelaksanaan haji membutuhkan segala bentuk kemampuan yang berkaitan dengan materil dan non materil, kesiapan mental, kesadaran diri, semangat keagamaan, ketulusan hati, perjuangan dan pengorbanan.

Umumnya, seorang bersedia melakukan apa saja demi melaksanakan ibadah haji. Bahkan tidak jarang ada yang rela menjual aset berharga miliknya, sawah, tanah, kendaraan, perhiasan, dan aset lain, demi menunaikan rukun Islam yang kelima.

Dengan keinginan yang kuat, sebagian masyarakat Bugis-Makassar khususnya penganut kepercayaan haji Bawakaraeng, mencari cara lain untuk mendapatkan kehormatan ini. Misalnya dengan menciptakan ritual berhaji di puncak Gunung Bawakaraeng. Sebagian orang Bugis-Makassar beranggapan pahalanya dianggap sepadan dengan prosesi yang dilakukan di Mekah dan Medinah.

Foto: Internet

 

Comment