MEDIAWARTA, MAKASSAR – Pertamina, perusahaan energi terkemuka di Indonesia, mencatatkan sejarah baru dengan suksesnya program One Village One Outlet (OVOO) yang berhasil menembus wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Langkah ini mendapat apresiasi yang tinggi dari para pakar energi di Tanah Air.
Pakar Energi Universitas Hasanuddin, Dr Ir Musri MT memberikan tanggapan terhadap percepatan program OVOO di wilayah Sulawesi. Menurutnya OVOO merupakan program pro rakyat karena memberikan akses energi untuk masyarakat pedesaan terkhusus yang berada di wilayah 3T.
“Itu baik. Bagaimana pun itu ada pengaruhnya pada pedagang kecil, kan itu (pedagang kecil) menghidupkan perekonomian masyarakat,” katanya, Selasa (20/62023).
Musri yang juga merupakan Anggota Dewan Energi Nasional menyebut, dengan adanya juga pertashop sebagai implementasi dari program OVOO tentu akan membantu. Ia menilai, jika ditinjau dari aspek konsumen jelas efeknya positif.
Pertamina mengklaim OVOO di Sulawesi telah mencapai target. Melalui OVOO upaya pemerataan produk energi (bbm dan lpg) ke seluruh penjuru negeri dapat terealisasi. Data pertamina menyebut, pada triwulan II tahun 2023, telah berdiri 33 titik SPBU Kompak di Sulawesi Selatan, 51 titik di Sulawesi Tenggara dan 44 titik di Sulawesi Tengah.
SPBU Kompak sebagai realisasi program BBM 1 harga guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang berada di wilayah 3T seperti wilayah kepulauan. Selain dari aspek konsumen, Musri menambahkan perlu juga dikaji aspek pedagang eceran yang akan terdampak dengan adanya program tersebut.
Terkait pemerataan akses energi di Sulawesi, Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi telah berhasil menargetkan di setiap desa tersedia satu pangkalan LPG 3 kg sehingga masyarakat di pedesaan mendapatkan energi yang bersih, hemat, dan ramah lingkungan.
“Hingga Mei 2023, Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi telah mengembangkan 30.014 pangkalan LPG yang tersebar di 8.672 desa dan kelurahan dari total 8.470. Ini artinya realisasi program OVVO mencapai 102 persen dari target yang direncanakan. Sementara, jika dihitung dari wilayah kecamatan, pangkalan LPG 3 kg sudah menjangkau 863 dari total 852 kecamatan atau 101 persen dari seluruh kecamatan di enam provinsi di Sulawesi,” terang Area Manager Comm, Rel & CSR Sulawesi Fahrougi Andriani Sumampouw.
Fahrougi menambahkan sebanyak 30.014 Pangkalan LPG 3 kg telah beroperasi hingga ke pelosok desa agar masyarakat lebih mudah mendapatkan LPG sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Diharapkan, menurutnya harga kebutuhan pokok menjadi semakin terjangkau, dan ini merupakan komitmen Pertamina dalam rangka mewujudkan energi berkeadilan.
Selain mengembangkan Pangkalan LPG 3 kg, lewat program OVOO, Fahrougi menyebut Pertamina juga terus mendorong pengembangan outlet Pertashop untuk mendistribusikan bahan bakar minyak (BBM), bright gas, serta produk pelumas Pertamina. Hingga saat ini di wilayah Sulawesi tercatat sebanyak 397 outlet Pertashop telah siap beroperasi sehingga bisa mendukung distribusi energi yang semakin merata sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi desa.
Sebagai informasi untuk wilayah Sulawesi rata-rata konsumsi harian year to date per Mei 2023 untuk LPG PSO sekitar 1.771 MT per hari dan untuk LPG non PSO sekitar 139 MT per hari.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2007 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Penetapan Harga Liquefied Petroleum Gas Tabung 3 Kilogram, LPG 3 Kg bersubsidi diperuntukkan hanya bagi masyarakat kurang mampu dan usaha mikro. Sedangkan untuk usaha kecil, menengah, dan atas, serta masyarakat yang tergolong mampu diharapkan menggunakan LPG Non Subsidi Bright Gas 5,5 Kg dan 12 Kg agar pendistribusian LPG subsidi lebih tepat sasaran.
Comment