Dinamika Ekonomi Global dan Tantangan Pertanian Sulsel

Foto: Masyudi Firmansyah/Mediawarta

MEDIAWARTA, MAKASSAR – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda, mengungkapkan perubahan dinamika ekonomi global yang cepat dengan meningkatnya risiko dan ketidakpastian.

Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi global yang stabil pada tahun 2024, penguatan ekonomi AS yang melebihi perkiraan, dan inflasi AS sebesar 3,5% pada Maret 2024.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam Seminar Sulsel Talk dengan tema “Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel dan Upaya Menjaga Stabilitas Harga Pangan”, yang diselenggarakan di Kantor BI Sulsel, Selasa (21/5/2024).

Rizki menyebutkan bahwa data menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal 1 2024 mencapai 5,11% (yoy), melampaui perkiraan BI sebesar 5,08% (yoy).

Namun, sektor pertanian menyumbang pertumbuhan negatif sejak Triwulan III 2023 hingga saat ini, dengan angka yang semakin membesar dari 0,1%, -0,46%, dan -0,75%. Hal ini terutama disebabkan oleh kinerja subsektor perikanan budidaya tangkap yang dominan, mencapai 40%.

Menyusul ungkapan yang sama, PJ Sekretaris Daerah Provinsi Sulsel, Andi Muhammad Arsyad, menegaskan bahwa dari 17 sektor lapangan usaha, sektor pertanian mengalami penurunan yang drastis.

Dia menyoroti kebutuhan akan percepatan dalam meningkatkan perekonomian, mengingat masih ada 8,7% masyarakat Sulsel yang berada di bawah garis kemiskinan.

Dalam konteks ini, penjabat Gubernur Sulsel memerintahkan untuk melakukan transformasi digital dan konsolidasi lintas golongan.

Arsyad juga mempertanyakan data BPS yang menyebutkan penurunan pertumbuhan ekonomi Sulsel sebesar 4,51%, sementara banyak indikator menunjukkan perekonomian yang stabil.

Data dari Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sulsel menunjukkan peningkatan pertumbuhan ekonomi pada Triwulan 1 Tahun 2024, mencapai 4,82% dibandingkan dengan 3,79% (yoy) sebelumnya. Namun, Sulsel masih berada di peringkat 20 dari 33 provinsi.

Bank Indonesia terus berkolaborasi dengan TPID, memperkuat pemantauan neraca pangan di 24 kabupaten/kota, serta mendorong penggunaan green house, terutama untuk produk hortikultura yang rentan terhadap perubahan iklim dan cuaca.

Seminar ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk narasumber dari kalangan akademisi, perwakilan konsulat, DPRD Sulsel, lembaga keuangan, dan media massa.

Comment