MEDIAWARTA.COM, BANYUWANGI – Musim panen raya tidak membuat petani buah naga di Banyuwangi sumringah. Meski hasil panen melimpah, harga buah ini justru anjlok. Kondisi tersebut membuat petani tidak bisa menikmati musim panen dengan maksimal. Pasalnya, biaya tanam tidak sebanding harga jual.
Harga buah naga menembus Rp 3.500-Rp 4 ribu per kilogram. Sebelumnya, bisa mencapai Rp 10 ribu per kilogram. “Sudah sebulan ini harga buah naga anjlok. Ini memang biasa, saat panen raya harga selalu anjlok, ungkap Retnowati,” petani buah naga di Muncar, Banyuwangi, Kamis (24/3).
Para petani tidak bisa berbuat banyak atas anjloknya harga. Sebab, mereka hanya menunggu datangnya para pengepul. Jadi, harga ditentukan pengepul.
Menurut Retnowati, bulan ini menjadi musim panen raya. Musim panen ini akan berlangsung hingga akhir Maret. Bahkan, beberapa lahan petani ada yang masih panen bulan depan.
Ia memprediksi, anjloknya harga buah naga lantaran pasokan melimpah. Aplagi, momennya bersamaan musim panen. Dijelaskan, buah naga sudah menjadi tanaman rumahan di Banyuwangi, terutama wilayah selatan. Hampir setiap pekarangan warga, ditanami buah dari jenis kaktus tersebut. Belum lagi, lahan pertanian yang dirombak menjadi lahan buah naga.
Retnowati menambahkan, dulu harga buah naga bisa mencapai Rp 20 ribu-Rp 25 ribu di tingkat petani. “Karena mahal, banyak warga beralih ke budidaya buah naga. Kini, setelah banyak yang tanam, harga buah naga terus anjlok. Bahkan, pernah hanya Rp 2.500 per kilogram,” bebernya.
Meski harganya murah, para pengepul buah naga tetap berdatangan. Artinya, buah asal Tiongkok tersebut tetap laku di pasaran. Kebanyakan dikirim ke luar daerah, seperti Surabaya dan Bali.
“Perawatan buah naga ini juga tidak terlalu sulit. Petani hanya merawat dan mengawinkan bunga. Lalu, menunggu buah besar dan siap panen,” ulas Retnowati.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Banyuwangi, Ikrori Hudanto, menegaskan, buah naga menjadi salah satu primadona Banyuwangi. Buah ini banyak dilirik pasar nasional, salah satunya Jakarta.
“Kami sedang mengembangkan buah naga organik yang ramah lingkungan. Jadi, buah naga Banyuwangi bisa memiliki ikon khusus,” paparnya.
Terkait harga, pihaknya tidak bisa mengontrol sendirian. Pasalnya, semua itu tergantung mekanisme pasar dan melibatkan banyak komponen.
Comment